Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa UB Malang Ditangkap Densus 88, Pengamat: Anak Muda Rentan Terpapar Radikalisme

Kompas.com, 26 Mei 2022, 21:21 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Penulis

KOMPAS.com - Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, berinisial IA (22), ditangkap tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri.

Penangkapan berlangsung di sebuah kos-kosan di Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Senin (23/5/2022).

Kepala Bagian Bantuan Operasi (Kabagbanops) Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar mengatakan, mahasiswa angkatan 2019 itu diduga menjadi simpatisan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

IA diduga berperan sebagai penyebar propaganda ISIS lewat media sosialnya. Selain itu, IA juga diduga mengumpulkan dana untuk membantu ISIS di Indonesia.

Baca juga: Sosok IA, Mahasiswa yang Diduga Jadi Simpatisan ISIS, Miliki IPK Tinggi di UB

Pengamat intelijen dan terorisme, Stanislaus Riyanta, menyampaikan pandangannya terkait penangkapan mahasiswa tersebut oleh Densus 88.

Stanislaus menjelaskan, paham radikal menyebar di kalangan anak muda.

“Anak muda rentan terpapar radikalisme,” ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (26/5/2022).

Baca juga: Mahasiswanya Ditangkap Densus 88, Pihak UB: Tak Boleh Ada Kegiatan Tanpa Sepengetahuan Pimpinan Universitas

Paham radikal kerap “menginfeksi” anak-anak muda, khususnya usia remaja akhir.

Di fase tersebut, terang Stanislaus, anak muda sedang melakukan pencarian jati diri dan membutuhkan eksistensi.

Ditambah lagi, ketika anak muda kuliah di luar kota, sehingga jauh dari orangtua, dia akan akan mencari perlindungan.

“Saat mereka lengah, ada kesempatan paham radikal masuk lewat internet,” ucapnya.

Baca juga: IA, Mahasiswa yang Ditangkap Densus 88, Miliki IPK Tinggi di Kampus, Pengamat: Radikalisme Tak Kenal Tingkat Pendidikan

Menurut Stanislaus, orang di era modern sekarang lebih mudah terpapar radikalisme. Pasalnya, konten-konten tersebut bisa didapat di internet.

“Berbeda dengan zaman dulu, yang mana harus tatap muka dan dilakukan diam-diam, kini sangat vulgar,” ungkapnya.

Apalagi, tambah Stanislaus, media sosial memiliki algoritma, yang mana bila seseorang menyukai suatu konten, dia akan dibanjiri konten-konten serupa.

Hal ini membuat individu tersebut menyelam jauh di dalam paham radikal.

Baca juga: 3 Bendera Milik Terduga Simpatisan ISIS di Malang Diamankan, Pengamat: Menunjukkan Eksistensi Kelompok

Kelompok teroris memanfaatkan anak muda

Ilustrasi terorismeShutterstock Ilustrasi terorisme

Menurut Direktur Eksekutif Pusat Studi Politik dan Kebijakan Strategis Indonesia ini, sisi kerapuhan anak muda itulah yang dimanfaatkan ISIS.

Kelompok teroris tersebut, lanjut Stanislaus, kerap memanfaatkan generasi muda untuk kepentingannya.

Baca juga: Terduga Simpatisan ISIS Ditangkap di Malang, Pengamat: Ancaman Terorsime di Indonesia Masih Tinggi

Yang ditakutkan dari ini adalah munculnya lone wolf. Aksi lone wolf tak membutuhkan kelompok. Pelaku bisa melakukan serangan seorang diri.

“Ada banyak kasus kasus lone wolf di Indonesia, sekitar 13 kasus. Sebagian mereka terpapar lewat media sosial. Inilah bahayanya lone wolf, mereka bergerak sangat cepat,” tuturnya.

Baca juga: Waspada Arus Balik WNI Eks ISIS, Pakar Intelijen: Pola Radikalisasi Sudah Berubah

Untuk meminimalisasi anak muda terpapar radikalisme, khususnya di kalangan mahasiswa, Stanislaus menyarankan agar pihak perguruan tinggi mulai memetakan potensi radikalisme di kampusnya.

“Jangan sungkan bekerja sama dengan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme),” tuturnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau