Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Asap Putih dari Kawah Gunung Kelud, Ini Penjelasan BPBD Blitar

Kompas.com, 14 April 2022, 09:07 WIB
Asip Agus Hasani,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

BLITAR, KOMPAS.com - Warga Kabupaten Blitar dan sekitarnya memperbincangkan kemunculan asap putih di kawah Gunung Kelud dalam beberapa pekan terakhir.

Perbincangan yang ramai di media sosial itu memperlihatkan kekhawatiran warganet terhadap peningkatan aktivitas Gunung Kelud.

Baca juga: Kawah Gunung Kelud Berubah Warna, Wisatawan Dilarang Mendekat

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar Wahyudi mengatakan, fenomena asap dari kawah Gunung Kelud merupakan uap yang timbul ketika air hujan bersuhu rendah bertemu dengan material di kawah yang bersuhu lebih tinggi.

"Sederhananya asap itu adalah uap akibat air hujan yang berubah menjadi uap akibat suhu panas di kawah. Ini berdasarkan laporan-laporan yang kami terima dari Pos Pantau Gunung Kelud," kata Wahyudi kepada Kompas.com, Rabu (13/4/2022) malam.

Kata Wahyudi, ketebalan dan tingginya asap fluktuatif, bahkan tidak terlihat lagi dalam beberapa hari terakhir seiring dengan menurunnya intensitas hujan di puncak gunung.

Dalam kurun waktu satu bulan terakhir, kata dia, terpantau ketebalan dan ketinggian asap paling tinggi terjadi pada 14 Maret, yaitu dengan ketinggian 19 hingga 31 meter di atas permukaan kawah.

Seiring dengan menurunnya intensitas hujan, kata Wahyudi, volume dan ketinggian asap yang terlihat juga menurun menjadi sekitar dua hingga tiga meter di atas permukaan kawah.

Wahyudi menegaskan, kemunculan asap di kawah tidak berkaitan dengan aktivitas vulkanik Gunung Kelud.

Kilat bersahutan di puncak Gunung Kelud

Masyarakat juga sering khawatir oleh fenomena kilat yang muncul dari arah Gunung Kelud dalam durasi yang cukup lama.

Menurut Wahyudi, kilat dari arah Gunung Kelud terjadi sebagai fenomena alam yang biasa menyertai datangnya hujan.

Baca juga: Mulai Besok, Penjualan Cokelat Kinder Joy di Blitar Dihentikan Sementara

Masyarakat merasa khawatir, kata dia, karena kilat sering muncul dari puncak Gunung Kelud ketika cuaca di sekitar sedang cerah atau sedang tidak turun hujan.

"Padahal di area puncak sedang terjadi hujan lebat disertai munculnya kilat dan petir. Area puncak memang merupakan area dengan curah hujan tinggi," kata dia.

Oleh karena itu, ujarnya, BPBD meminta masyarakat khususnya warga Blitar untuk tidak khawatir dengan fenomena tersebut. Wahyudi menegaskan, hingga saat ini status Gunung Kelud masih berada di Level I atau Normal.

Meski perubahan status kewaspadaan dapat berubah setiap saat seiring dengan peningkatan aktivitas vulkanik, Wahyudi memastikan masyarakat akan mendapatkan peringatan dari pemerintah sedini mungkin.

Baca juga: Air Kawah Kelud Berubah Warna, Ini Penjelasan Petugas Pos Pantau Gunung Kelud

Gunung Kelud, kata Wahyudi, adalah gunung berapi aktif yang unik dengan karakter letusan eksplosif.

Meski pada letusan terakhir pada 2014 material lebih banyak mengarah ke barat, tetapi kebanyakan dari letusan Gunung Kelud sebelumnya material yang terbawa letusan paling banyak menimpa wilayah Kabupaten Blitar yang ada di sisi selatannya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau