Salin Artikel

Muncul Asap Putih dari Kawah Gunung Kelud, Ini Penjelasan BPBD Blitar

Perbincangan yang ramai di media sosial itu memperlihatkan kekhawatiran warganet terhadap peningkatan aktivitas Gunung Kelud.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar Wahyudi mengatakan, fenomena asap dari kawah Gunung Kelud merupakan uap yang timbul ketika air hujan bersuhu rendah bertemu dengan material di kawah yang bersuhu lebih tinggi.

"Sederhananya asap itu adalah uap akibat air hujan yang berubah menjadi uap akibat suhu panas di kawah. Ini berdasarkan laporan-laporan yang kami terima dari Pos Pantau Gunung Kelud," kata Wahyudi kepada Kompas.com, Rabu (13/4/2022) malam.

Kata Wahyudi, ketebalan dan tingginya asap fluktuatif, bahkan tidak terlihat lagi dalam beberapa hari terakhir seiring dengan menurunnya intensitas hujan di puncak gunung.

Dalam kurun waktu satu bulan terakhir, kata dia, terpantau ketebalan dan ketinggian asap paling tinggi terjadi pada 14 Maret, yaitu dengan ketinggian 19 hingga 31 meter di atas permukaan kawah.

Seiring dengan menurunnya intensitas hujan, kata Wahyudi, volume dan ketinggian asap yang terlihat juga menurun menjadi sekitar dua hingga tiga meter di atas permukaan kawah.

Wahyudi menegaskan, kemunculan asap di kawah tidak berkaitan dengan aktivitas vulkanik Gunung Kelud.

Kilat bersahutan di puncak Gunung Kelud

Masyarakat juga sering khawatir oleh fenomena kilat yang muncul dari arah Gunung Kelud dalam durasi yang cukup lama.

Menurut Wahyudi, kilat dari arah Gunung Kelud terjadi sebagai fenomena alam yang biasa menyertai datangnya hujan.

Masyarakat merasa khawatir, kata dia, karena kilat sering muncul dari puncak Gunung Kelud ketika cuaca di sekitar sedang cerah atau sedang tidak turun hujan.

"Padahal di area puncak sedang terjadi hujan lebat disertai munculnya kilat dan petir. Area puncak memang merupakan area dengan curah hujan tinggi," kata dia.


Oleh karena itu, ujarnya, BPBD meminta masyarakat khususnya warga Blitar untuk tidak khawatir dengan fenomena tersebut. Wahyudi menegaskan, hingga saat ini status Gunung Kelud masih berada di Level I atau Normal.

Meski perubahan status kewaspadaan dapat berubah setiap saat seiring dengan peningkatan aktivitas vulkanik, Wahyudi memastikan masyarakat akan mendapatkan peringatan dari pemerintah sedini mungkin.

Gunung Kelud, kata Wahyudi, adalah gunung berapi aktif yang unik dengan karakter letusan eksplosif.

Meski pada letusan terakhir pada 2014 material lebih banyak mengarah ke barat, tetapi kebanyakan dari letusan Gunung Kelud sebelumnya material yang terbawa letusan paling banyak menimpa wilayah Kabupaten Blitar yang ada di sisi selatannya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/04/14/090750978/muncul-asap-putih-dari-kawah-gunung-kelud-ini-penjelasan-bpbd-blitar

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com