KOMPAS.com - Kabupaten Magetan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang terkenal dengan Telaga Sarangan-nya.
Kabupaten Magetan ini berada di kaki Gunung Lawu sehingga mendapat julukan Kota Kaki Gunung.
Secara geografis, Magetan berbatasan dengan Ngawi di utara, Madiun di timur, Ponorogo dan Wonogiri di selatan, dan Karanganyar di barat.
Baca juga: Telaga Sarangan Magetan: Asal-usul, Rute Menuju Lokasi, dan Harga Tiket
Luas wilayah Kabupaten Magetan mencapai 688,85 kilometer persegi, dengan dihuni oleh 670.810 jiwa berdasarkan data tahun 2020.
Secara pemerintahan, Kabupaten Magetan memiliki 18 kecamatan dengan 235 desa atau kelurahan.
Sejarah Kabupaten Magetan dimulai sejak masa kejayaan Kerajaan Mataram Islam.
Sebelum berbentuk kabupaten, Magetan disebut sebagai daerah mancanegara Kerajaan Mataram Islam.
Namun daerah Magetan sendiri sebenarnya sudah dihuni sejak masa Kerajaan Kediri.
Hal itu dapat dibuktikan dengan penemuan artefak dan sisa-sisa peribadatan umat Hindu berupa candi dan petirtaan.
Tak hanya itu, Magetan sudah dihuni manusia sejak abad ke-12 juga dibuktikan dengan adanya prasasti menggunakan aksara Kawi dengan ciri penulisan kawi kwadrat yang identik dengan masa Kerajaan Kediri.
Baca juga: Sejarah dan Asal-usul Tulungagung, Kabupaten Penghasil Marmer yang Berjuluk Seribu Warung Kopi
Penyebutkan Magetan sebagai suatu daerah banyak ditemukan dalam naskah Babad Tanah Jawi yang merujuk pada Mataram Islam.
Kala itu, wilayah Magetan disebut sebagai daerah mancanegara Kerajaan Mataram Islam, dan baru berbentuk kabupaten pada masa setelah Sultan Agung Hanyakrakusuma.
Munculnya Kabupaten Magetan tidak dapat dipisahkan dari peristiwa politik yang terjadi di internal Mataram Islam.
Pada tahun 1647, Trunajaya dari Madura melancarkan pemberontakan kepada Sultan Amangkurat I yang sudah semakin dekat dengan VOC.
Dalam suasana genting itu, dua orang kerabat keraton bernama Basah Bibit atau Basah Gondo Kusuma dan Patih Nerangkusuma dituding bersekongkol dengan Trunajaya.