Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Konflik Tembok Tutup Akses Rumah di Malang, Warga Bobol Ruang Tamu hingga Tembok Dibongkar

Kompas.com, 27 Januari 2022, 13:00 WIB
Pythag Kurniati

Editor

MALANG, KOMPAS.com - Kasus tertutupnya akses jalan di Dusun Karangwaru RT 03 RW 02, Kelurahan Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang karena tembok perumahan, telah mendapatkan titik temu.

Kini warga kampung bisa bernapas lega. Tembok tersebut mulai dibongkar, meskipun hanya selebar sekitar 1 meter.

Baca juga: Akses 6 Rumah Warga di Malang Tertutup Tembok Perumahan, Supandi: Terpaksa Bobol Ruang Tamu untuk Jalan

Ditembok karena faktor keamanan

Salah satu warga berinteraksi dengan warga terdampak pemagaran tembok dengan cara menaiki tangga.KOMPAS.com/Imron Hakiki Salah satu warga berinteraksi dengan warga terdampak pemagaran tembok dengan cara menaiki tangga.

Kasus bermula ketika pengembang perumahan membangun tembok sepanjang 20 meter dengan ketinggian sekitar tiga meter di lahan mereka.

Namun tembok tersebut berdampak pada warga Dusun Karangwaru. Sebanyak enam rumah warga kehilangan akses jalan.

Warga setempat, Supandi, mengatakan warga sudah diberitahu sebelumnya bahwa pemagaran dilakukan dengan alasan keamanan.

Meski warga sempat menolak, pengembang tetap saja melanjutkan rencana mereka.

"Proses pembangunan pagar tembok ini dimulai sejak sekitar 15 hari lalu, dan baru selesai pada Jumat (21/1/2022) lalu," ungkap Supandi.

Baca juga: Lampu Hias di Kota Malang Ditabrak Pikap, Warganet Salahkan Penempatan, Ini Jawaban Dinas

Bongkar ruang tamu

Ruang tamu yang dibobol warga di Singosari, Malang supaya mereka tetap mendapatkan akses keluar masuk. Ruang tamu yang dibobol warga di Singosari, Malang supaya mereka tetap mendapatkan akses keluar masuk.

Warga sebetulnya sudah mempertanyakan terkait akses ketika tembok itu dibangun.

"Namun, pihak pengembang tidak merespons, dan tetap melanjutkan pembangunan. Kami pun tidak bisa berbuat banyak, karena memang lahan ini milik perumahan," katanya.

Demi tetap mendapatkan akses keluar masuk, warga pun harus membongkar bagian rumah mereka.

"Ya terpaksa kami bobol ini (untuk akses dan jalan). Meskipun sebenarnya ini ruang tamu," kata Supandi.

Salah satu rumah warga kehilangan akses keluar masuk akibat pemagaran tembok yang dilakukan oleh pihak perumahan Green Village Singosari.KOMPAS.com/Imron Hakiki Salah satu rumah warga kehilangan akses keluar masuk akibat pemagaran tembok yang dilakukan oleh pihak perumahan Green Village Singosari.
Harus naik tangga

Dengan kondisi tersebut, warga terpaksa menggunakan tangga kayu untuk melewati tembok beton setinggi 3 meter itu jika ingin bertamu.

"Kalau tidak, jika ingin menuju ke jalan utama ya harus memutar arah lebih jauh lagi. Padahal, sebelumnya bisa ditempuh melalui akses jalan di perkampungan sebelah ini. Begitupun anak kecil-kecil kalau pulang ngaji, juga harus mutar jauh," kata warga lain, Rini Isnaini.

Masyarakat meminta sedikit akses agar bisa berinteraksi sosial dengan warga sebelah.

Baca juga: Akses Rumah Warga di Malang Tertutup Tembok Perumahan, Kapolsek: Besok Dibongkar

"Saya berharap pihak pengembang perumahan memberikan akses kepada warga di kampung sebelah. Setidaknya seukuran orang untuk berjalan kaki," ungkap Rini.

"Sebab kita juga butuh dengan tetangga untuk saling berinteraksi dan saling guyup. Terutama dalam hal ekonomi atau ketika ada orang meninggal dunia. Saya dengan warga di kampung ini sudah seperti saudara," imbuhnya.

Baca juga: Muncul 50 Kasus Covid-19 Baru di Kota Malang, Dinkes Sebut Ada 4 Klaster

Akhirnya dibongkar

Pembongkaran akhirnya dilakukan oleh pihak Muspika (Musyawarah Pimpinan Kecamatan) Kecamatan Singosari atas persetujuan pihak pengembang perumahan Green Village Singosari, Rabu (26/1/2022).

"Iya tadi sudah digelar pembongkaran secara simbolis oleh Muspika dan Pemerintah Kabupaten Malang. Akses yang dibuka tadi sekitar satu meter," ungkap Plt Kasatpol PP Kabupaten Malang Firmando Matondang saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Rabu.

Pemberian akses dilakukan pengembang dengan pertimbangan faktor sosial.

Baca juga: Uang Rp 5 Juta di Pengadilan Negeri Kabupaten Malang Hilang, Diduga Dicuri

"Pengembang akan merealisasikan pembongkaran tembok itu sekitar 1-2 pekan ke depan. Tapi tidak dibongkar semua. Mungkin hanya dua ruas tembok saja, cukup untuk akses masyarakat. Masing-masing ruas 1,5 meter saja," katanya.

Firmando menyebut secara administrasi pihak perumahan telah memiliki legalitas resmi seperti site plan dan surat Keterangan Rencana Kota (KRK).

"Jadi pemberian akses ini hanya pertimbangan sosial saja," tegasnya.

Sementara itu pihak pengembang perumahan belum memberikan tanggapan saat dihubungi awak media.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Kabupaten Malang, Imron Hakiki | Editor : Priska Sari Pratiwi, Andi Hartik, Pythag Kurniati)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau