Kerupuk itu lalu dikemas dalam kantong plastik dan diedarkan oleh para oleh lopernya ke pasar-pasar atau langsung ke masyarakat.
"Sekarang harga minyak Rp 18.350 per kilogram. Ini sungguh berat bagi kami. Harga Rp 15.000 pun, sebenarnya hasil yang kami dapat tipis," ungkap Herman.
Kondisi ini menurutnya merupakan situasi terparah sepanjang pengalamannya menekuni usaha penggorengan kerupuk sejak 18 tahun lalu.
Dia berharap pemerintah segera turun tangan untuk menstabilkan harga minyak goreng.
"Entah sampai kapan kondisinya begini. Semoga pemerintah mendengar masalah ini." katanya.
Baca juga: Pemkot Kediri Awali Vaksinasi Booster dengan Vaksin Moderna
Usaha tutup akibat minyak goreng mahal
Kondisi yang lebih memprihatinkan dialami Kaelani (62), seorang penggoreng kerupuk asal Sumbercangkring, Gurah, Kabupaten Kediri.
Sejak tiga minggu lalu, usaha penggorengan kerupuk yang ditekuninya selama bertahun-tahun itu terpaksa tutup. Alasan utamanya karena harga minyak goreng yang mahal sehingga membuatnya susah mengatur ongkos usahanya itu.
"Selain itu harga kayu bakar juga naik," kata Kaelani.
Praktis saat ini dia menganggur. Untungnya, dia masih punya pemasukan dari hasil kebun dan toko pracangan di rumahnya.
"Kalau harga minyak kembali normal, ya, mungkin menggoreng lagi," ujarnya.