Hingga pada tanggal 10 November 1945, meletuslah perang antara rakyat dengan tentara Inggris.
Sosok Bung Tomo sontak menjadi pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya.
Sebuah kutipan dari orasinya yang mengobarkan semangat adalah “Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!”.
Siarannya disebarluaskan dan bantuan bagi rakyat Surabaya berdatangan dari berbagai penjuru baik dalam bentuk tenaga maupun logistik.
Peperangan yang berlangsung selama tiga minggu itu akhirnya dimenangkan oleh tentara Inggris.
Namun jasa Bung Tomo mengobarkan Semangat rakyat pada saat itu terus dikenang dan orasi-orasinya diperdengarkan untuk membakar semangat rakyat untuk mengusir penjajah.
Setelah masa perjuangan mengusir penjajah, Bung Tomo sempat bergabung di bidang politik pemerintahan dan menjadi menteri di Kabinet Burhanudin, Dwikora I dan Dwikora II.
Bung Tomo meninggal dunia di Makkah pada tanggal 7 Oktober 1981, saat beliau tengah menunaikan ibadah haji.
Jenazahnya kemudian dibawa kembali ke Indonesia dan dimakamkan di TPU Ngagel, Surabaya.
Sumber:
perpusnas.go.id
surabaya.go.id
tribunnews.com
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.