BLITAR, KOMPAS.com - Setelah mengalami penurunan terendah harga telur ayam, peternak ayam petelur kini menikmati tingginya harga jual telur dalam beberapa pekan terakhir.
Harga telur di kandang atau tingkat peternak bahkan telah memecahkan rekor harga tertinggi di wilayah Blitar yang merupakan penghasil telur terbesar nasional yaitu Rp 27.000 per kilogram.
Baca juga: Resmikan Layanan Satu Atap di Kabupaten Blitar, Menaker Harap Tekan Angka PMI Ilegal
Ketua Koperasi PUTERA Blitar Sukarman mengatakan harga telur di kandang tembus Rp 27.000 per kilogram sejak hari Senin (27/12/2021).
"Harga sejak kemarin (Senin) tembus Rp 27.000 per kilogram, tapi masih fluktuatif," ujar Sukarman kepada wartawan, Selasa (28/12/2021).
Menurut Sukarman, harga tersebut merupakan rekor tertinggi telur di kandang yang selama ini pernah dialami peternak.
Baca juga: Kedapatan Belum Vaksin, 18 Pengendara di Blitar Disuntik Vaksin di Pos Pengamanan
Rekor harga tertinggi sebelumnya, kata dia, terjadi pada Desember 2019 yaitu senilai Rp 24.000 per kilogram di kandang.
Namun Sukarman mengatakan, harga telur masih naik dan turun dalam beberapa pekan terakhir.
Pada hari Jumat pekan lalu, sebutnya, harga telur di kandang peternak sebesar Rp 24.500 per kilogram.
Sehari kemudian pada Sabtu, lanjutnya, harga telur di kandang turun menjadi Rp 22.500 per kilogram.
Sukarman mengaku tidak yakin apakah harga telur masih akan naik lagi dari rekor tertinggi tersebut.
Populasi ayam petelur turun
Menurut Sukarman, kenaikan harga telur disebabkan oleh sejumlah faktor namun yang utama adalah turunnya produksi telur.
Dia mengatakan, selama pandemi Covid-19 peternak ayam petelur menghadapi situasi sulit ketika harga pakan naik namun harga telur justru turun.
Puncak dari situasi sulit itu, lanjutnya, terjadi ketika pemerintah memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Selama masa sulit yang berlangsung hampir dua tahun itu, kata Sukarman, banyak peternak yang gulung tikar.
Baca juga: Polisi Periksa Pacar Siswi SMA di Blitar yang Tewas Gantung Diri di Sekolah
Sementara peternak yang masih bertahan, ujarnya, kebanyakan tinggal memiliki jumlah ayam produktif yang terbatas jumlahnya.
Secara keseluruhan, Sukarman memperkirakan telah terjadi penurunan jumlah populasi ayam petelur sebanyak 30 persen.
"Akibatnya jumlah telur yang dihasilkan juga turun," ujarnya.
Pada saat yang sama, kata dia, permintaan di akhir tahun, menjelang Natal dan Tahun Baru, selalu meningkat.
Ditambah lagi, kata dia, harga jagung yang merupakan komponen utama pakan ayam juga naik cukup tinggi dari kisaran Rp 5.000 per kilogram menjadi Rp 6.500 hingga Rp 6.800 per kilogram.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.