KEDIRI, KOMPAS.com - Sri Wulandari selalu memulai harinya lebih awal. Saat hari masih gelap sekitar pukul 03.00 WIB, dia sudah harus terjaga.
Rutinitasnya itu untuk mengimbangi antara perannya sebagai ibu rumah tangga sekaligus wanita pekerja.
Ibu dua anak asal Desa Doko, Kelurahan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, itu membuka harinya dengan ibadah tahajud maupun shubuh sebagai tanggung jawabnya sebagai seorang muslim.
Dilanjutkan dengan belanja ke pasar untuk kebutuhan memasak sarapan bagi keluarganya, membersihkan rumah, menyiapkan kebutuhan perlengkapan sekolah anaknya, mengurusi suami, hingga kemudian mengantarkan anak-anaknya ke sekolah.
Wanita berusia 40 tahun itu harus memastikan semua urusan rumah tangganya tertangani dengan baik dan beres, baru mengurusi dirinya sendiri yang juga harus berangkat kerja.
Baca juga: Kisah Atika Suneth, Ibu Tunggal Pedagang Ubi yang Sukses Antarkan 3 Anaknya Raih Gelar Sarjana
Selain menjadi peran sebagai ibu rumah tangga, Sri Wulandari juga ibu pekerja atau “working mom”. Dia menjadi seorang dosen Bahasa Inggris di sebuah kampus swasta di Kota Kediri.
“Setiap pagi berjibaku dengan waktu. Semua harus saya kerjakan dengan cepat dan tepat karena waktu terus berjalan. Agar anak-anak maupun suami yang juga bekerja, tidak telat berangkat. Begitu juga dengan saya sendiri, agar tidak sampai ngaret berangkatnya,” ujar Sri Wulandari, Minggu (30/11/2025).
Pagi hari bagi keluarganya mungkin bisa disebut sebagai “rush hour”, karena di waktu yang mepet itu dirinya harus menyiapkan segala kebutuhan.
Apalagi, jarak rumah dengan lokasi sekolah kedua anaknya maupun tempatnya bekerja, lumayan memakan waktu sehingga Sri harus memastikan semuanya berjalan tepat waktu.
Baca juga: Cerita Ibu Ike, Caregiver Pertama di Sumenep yang Menjadi Sandaran Para Lansia
Selesai mengajar, Sri Wulandari akan pulang untuk kembali dengan rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga, mulai dari menjemput anak-anaknya sekolah hingga membereskan kebutuhan rumah tangga lainnya.
“Kalau anak-anak ada jadwal les, ya kami antar jemput les itu. Aktivitas selalu ada. Belum lagi aktivitas lingkungan sebagai tanggung jawab sosial kita,” ujar mantan peraih penghargaan pemuda pelopor tingkat nasional bidang pendidikan itu.
Ibu dari Aisyah Wara Prameshine Syam (15) dan Muhammad Wira Omare Syam (12) juga istri dari Syam Al Anshori ini mengaku kadang juga diliputi rasa lelah dengan rutinitasnya itu.
Rasa lelah itu, menurut Sri, muncul saat melihat kondisi rumah yang berantakan saat dia pulang setelah lelah bekerja. Ditambah lagi, belum ada makanan yang terjadi di meja makan.
Namun demikian, Sri juga merasa keluarga kecilnya lah yang senantiasa menjadi penyemangat hingga penghilang rasa penat usai seharian bekerja.
Baca juga: Cerita Ibu Sakdiyah: Dari Stasiun hingga Terminal demi Antarkan 2 Putranya Lulus SMA
Apalagi, Sri mengatakan, keluarganya selalu ada untuk mendukungnya di setiap kesempatan.