SURABAYA, KOMPAS.com - Suhu panas yang melanda Kota Surabaya, Jawa Timur, membuat pola aktivitas mahasiswa berubah.
Sebagian dari mereka banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan atau di kafe daripada di kos-kosan untuk menghindari cuaca panas.
Kondisi itu dialami seorang mahasiswa bernama Andhini (22). Ia mengatakan, sejak memasuki bulan Oktober, suhu di Surabaya terasa lebih panas. Dua kipas angin yang dipasang di kamar kosnya tidak mampu melawan suhu panas tersebut.
Baca juga: Suhu Panas 37,6 Derajat Celsius di Majalengka, BMKG: Berpotensi Terjadi Sampai Akhir Oktober
“Biasanya kan karena sekarang tinggal skripsi doang jadi lebih sering di kos, tapi selalu pakai dua kipas angin itu masih enggak ngaruh, panas banget sampai bikin pusing,” kata Andhini saat dihubungi Kompas.com, Kamis (16/10/2025).
Menurutnya, kondisi panas di Surabaya sangat menyengat di kulit, terutamanya saat pukul 11.00 sampai 14.00 WIB.
Baca juga: Suhu Panas di Jateng Akan Bertahan Sepekan ke Depan
“Panasnya itu nyengat di kulit kayak kebakar, panas yang enggak sehat,” tuturnya.
Bahkan, ia mengaku lebih nyaman untuk melakukan aktivitas di dalam kafe atau perpustakaan kampus demi menghidari cuaca panas.
“Aku dari pagi tuh sudah selalu stay di perpustakaan atau kafe sampai nanti sore, soalnya kalau ngerjain di kos tetap aja panas malah bikin enggak bisa konsentrasi,” ujarnya.
Di sisi lain, cuaca panas tersebut menjadi ladang rezeki bagi para pedagang es di Surabaya.
Salah satunya Astuti, pedagang es lilin yang biasanya berjualan di sekitaran SD Negeri Margorejo VI Surabaya.
Astuti mengungkapkan ada peningkatan penjualan es hingga dua kali lipat.
“Alhamdulillah mbak, biasanya saya sebelumnya tuh cuma bawa 100 es lilin, tapi anak-anak selalu kurang, jadinya sekarang saya tambah jadi 200 es lilin itu selalu habis,” ungkap Astuti dengan senyum sumigrah.