SURABAYA, KOMPAS.com - Keluarga dari salah satu korban meninggal dunia dalam insiden ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, mengaku trauma.
Hal itu membuatnya tidak ingin kerabatnya menginap di pondok lagi.
"Trauma banget, enggak pernah mondok sama sekali kan keluarga kita, ada yang mondok tapi langsung kejadian kayak begini, trauma," kata Novita Tri Endah (26), kakak kandung dari Rafi Catur Okta Mulya (17), santri yang ditemukan meninggal di reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Rabu (1/10/2025), di rumahnya, Surabaya.
Novita tetap setuju jika ada keluarganya yang niat belajar di sekolah berlatar belakang agama. Namun, bukan dengan sistem menginap.
"Enggak tahu ke depannya, mungkin ingin sekolah Islam yang biasa, setiap hari pulang begitu enggak harus tidur di sana. Karena kalau aku sendiri ya trauma sama adik aku," ucapnya.
Baca juga: Ketua Alumni Ponpes Al Khoziny Enggan Komentar soal Penyelidikan Polisi
Selain itu, Novita berharap, pengelola Ponpes Al Khoziny segera membenahi bangunannya yang lain. Sebab, masih banyak santri yang ingin memperdalam ilmu agamanya di sana.
"Jangan sampai seperti ini lagi, kan kasihan (santrinya), enggak (bangun) asal-asalan, karena di situ kan pondok tertua juga di Sidoarjo. Kalau bisa kan diperbaiki lagi bangunannya," ujarnya.
"Aku sebelumnya enggak pernah ke situ, baru kemarin kejadian aku langsung ke situ. Aku tahu kayak kurang kuat bangunannya, makanya saran dihati-hati bangunannya," kata dia.
Kemudian, Novita juga ingin aparat kepolisian mendalami penyebab ambruknya bangunan tiga lantai tersebut. Dengan tujuan, mengetahui secara pasti kronologi yang membuat adiknya meninggal.
"Kalau aku sendiri sama keluarga sudah ikhlas. Cuma kalau memang mau diselidiki lagi ya enggak apa, kita jadi lebih tahu ceritanya gimana kok sampai rubuh seperti ini," ucap dia.
Baca juga: Nasib Para Santri Ponpes Al Khoziny Pasca-tragedi Mushala Ambruk
Diberitakan sebelumnya, Perwakilan Ponpes Al Khoziny, KH M Zainal Abidin mengatakan, keputusan kembalinya aktivitas pembelajaran bagi santri belum diputuskan, masih akan dimusyawarahkan oleh seluruh pengurus.
“Sudah barang tentu nanti akan dimusyawarahkan di keluarga ndalem bagaimana mekanisme untuk tetap menyelenggarakan pendidikan di sini. Apa langkahnya ini masih dalam proses apa memusyawarahkan,” kata Zainal Abidin, Selasa (6/10/2025).
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang