PASURUAN, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan Kota Pasuruan melaksanakan berbagai langkah untuk mencegah penyakit campak, setelah terdeteksinya dua anak yang terjangkit penyakit tersebut akibat menolak imunisasi dan tidak melaksanakan imunisasi tepat waktu.
"Ada beberapa langkah yang sudah kami lakukan untuk mencegah timbulnya campak," ujar Shierly Marlena, Kepala Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, Jumat (29/08/2025).
Langkah pertama adalah memastikan imunisasi lengkap (Vaksin MR) dilakukan tepat waktu.
Imunisasi MR dianggap vital dan menjadi pertahanan utama.
Dosis pertama diberikan pada usia 9–12 bulan, dengan booster pada usia 5–6 tahun.
Vaksin ini dapat diperoleh secara gratis di Posyandu atau pos imunisasi lainnya yang ada di Puskesmas dan jaringannya.
Baca juga: Bupati Indah Amperawati Bantah Lumajang KLB Campak
"Jika anak belum atau belum lengkap vaksinasinya, segera bawa ke Puskesmas, Posyandu, atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi," ujar Shierly.
Selanjutnya, dalam kasus kejadian luar biasa (KLB), Dinkes akan mengadakan outbreak response immunization (ORI) untuk membentuk herd immunity di masyarakat.
"Karena ORI ini adalah imunisasi massal tanpa melihat status imunisasi sebelumnya," tambahnya.
Langkah kedua adalah meningkatkan kewaspadaan terhadap tanda-tanda campak, seperti demam dan ruam, serta segera melakukan isolasi jika ditemukan gejala tersebut.
Masyarakat diimbau untuk melaporkan ke fasilitas kesehatan untuk pelaporan SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons).
Baca juga: Pakar Kesehatan Anak Ungkap Bahaya Penyakit Campak dan Risikonya terhadap Kematian
"Bila anak mengalami demam dan ruam khas campak, segera ke puskesmas atau klinik. Deteksi dini juga membantu memutus rantai penularan," ujarnya.
Ketiga, Dinkes juga menekankan pentingnya meningkatkan gizi dan daya tahan tubuh melalui makanan bergizi seimbang dan cukup cairan.
"Perubahan cuaca yang ekstrem juga berpengaruh pada menurunnya daya tahan tubuh anak. Menjaga asupan gizi sangat disarankan," tegasnya.
Keempat, masyarakat diimbau untuk menghindari mitos dan informasi tidak akurat tentang vaksin.