Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selundupkan Narkoba Dalam Popok Bayi, Pengunjung Lapas Kelas I Madiun Ditangkap Petugas

Kompas.com, 5 Agustus 2025, 15:43 WIB
Muhlis Al Alawi,
Icha Rastika

Tim Redaksi

MADIUN, KOMPAS.com - Petugas Lapas Kelas I Madiun menangkap seorang perempuan berinisial DMS (35) yang ketahuan menyelundupkan narkoba jenis sabu ke dalam popok bayi yang dikenakan anaknya saat hendak membesuk suaminya, Selasa (5/8/2025).

Suami DMS berinisial B merupakan narapidana kasus pembunuhan yang masih menjalani hukuman di Lapas Kelas I Madiun.

Pelaksana Harian Kepala Kabid Administrasi Kamtib Lapas Kelas I Madiun, Sukamto yang dikonfirmasi Selasa (5/8/2025) membenarkan penangkapan seorang perempuan yang nekat menyelundupkan narkoba jenis sabu seberat 31,16 gram ke dalam popok bayi.

Saat ini, tersangka DMS sudah diserahkan ke penyidik Satresnarkoba Polres Madiun Kota untuk diproses hukum.

“Setelah barang bukti ditemukan, kami segera berkoordinasi dan menyerahkan tersangka serta barang bukti ke Polres Madiun Kota. Penangkapan ini bentuk kesigapan dan komitmen kami dalam menjaga integritas Lapas dari peredaran narkoba. Dan kami tidak memberikan celah sedikit pun kepada pihak yang ingin mencoba menyelundupkan narkoba ke dalam lapas,” ujar Sukamto.

Baca juga: Polda Jatim Gagalkan Penyelundupan Sabu 1 Kg di Jembatan Suramadu

Sukamto mengatakan, kejadian bermula saat petugas mencurigai perilaku salah satu pengunjung wanita berinisial DMS yang membawa bayi.

Setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, ditemukan satu bungkus plastik dibalut dengan solatip hitam berisi sabu-sabu yang diselipkan pada popok bayi yang dipakai anaknya DMS.

Terhadap temuan itu, petugas langsung melaporkannya kepada kepala pengamanan dan menghubungi Satresnarkoba Polres Madiun Kota.

Setelah dilakukan pengecekan, butiran kristal bening yang diselipkan didalam popok bayi merupakan narkoba jenis sabu-sabu dengan berat 31,16 gram.

Kepala Bagian Operasional Satresnarkoba Polres Madiun Kota, Iptu Imam Syafii menyatakan, polisi masih mengembangkan keterlibatan pihak lain dalam kasus pengiriman narkoba ke Lapas Kelas I Madiun.

Baca juga: Kronologi TNI AL Gagalkan Penyelundupan Arak Bali Senilai Rp 97 Juta di Pelabuhan Ketapang

Untuk itu, polisi intensif memeriksa terduga pelaku bersama saksi lain guna mengungkap keterlibatan pihak lain dalam kasus penyelundupan narkoba ke dalam lapas.

“Saat ini, pelaku sudah kami amankan. Kami sementara mendalami apakah ada jaringan lain yang terlibat,” kata Imam.

Ia mengatakan, kejadian ini menjadi peringatan bagi siapa pun yang hendak mencoba menyelundupkan narkoba akan ditangkap dan diproses hukum. 

Sebab, pihak lapas dan Polri sudah berkomitmen untuk memerangi peredaran narkoba, terutama di lingkungan pemasyarakatan yang rawan menjadi sasaran penyelundupan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau