Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Konservasi Pertama Gua Selomangleng Kediri yang Berusia 10 Abad

Kompas.com, 16 Juni 2025, 05:31 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Siang itu suasana Gua Selomangleng, sebuah gua buatan peninggalan era Kerajaan Kediri pada abad ke-11 Masehi di Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur, nampak ramai dengan aktivitas sejumlah orang.

Namun, orang-orang tersebut bukan pengunjung biasa. Itu terlihat dari cara berpakaian yang dilengkapi dengan alat pelindung diri maupun perangkat keras yang dibawanya.

Perangkat tersebut di antaranya kuas, sikat, penyemprot air, besi cungkil, hingga sejumlah peralatan pendukung lainnya.

Mereka adalah para petugas dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI, Jawa Timur. Sebuah lembaga yang dibentuk pemerintah untuk mengurusi peninggalan-peninggalan sejarah.

Baca juga: BPK Jatim Konservasi Gua Selomangleng Kediri

Selama beberapa hari ini, dimulai 10-16 Juni 2025, mereka bertugas mengkonservasi gua yang dikenal sebagai tempat pertapaan Dewi Kilisuci, putri mahkota Raja Airlangga.

"Memang menjadi tugas kami yakni BPKW untuk penanganannya. Sebab, konservasi gua tidak bisa serta merta dilakukan sembarangan,” ujar Ira Fatmawati, Pamong Budaya Ahli Pertama BPKW XI, Jumat (13/6/2025).

Konservasi itu bertujuan perlindungan, pemulihan, hingga pemeliharaan Gua Selomangleng akibat dampak aktivitas manusia maupun alam.

Terlebih, gua yang statusnya dalam kategori situs cagar budaya tersebut, sempat menjadi korban atau sasaran vandalisme oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.

Jadi, langkah-langkah konservasi diperlukan agar gua yang terletak di tebing batu andesit di kawasan Gunung Klotok itu tetap lestari.

BPKW XI, Jawa Timur, mengkonservasi Gua Selomangleng Kota Kediri, Jawa Timur, medio Juni 2025.KOMPAS.com/M.AGUS FAUZUL HAKIM BPKW XI, Jawa Timur, mengkonservasi Gua Selomangleng Kota Kediri, Jawa Timur, medio Juni 2025.

Agar gua yang jika diterjemahkan bebas “selo” berarti batu dan “mangleng” berarti miring itu bisa tetap dinikmati generasi selanjutnya.

Para petugas baik laki-laki maupun perempuan itu nampak berbagi peran dalam mengurus konservasi itu.

Sejumlah petugas, nampak berfokus pada kawasan luar gua.

Areal ini berupa tebing batu andesit yang tidak begitu luas namun cukup curam. Tebing andesit setinggi sekitar 40 meter yang terbuka inilah akses menuju pintu masuk gua tersebut.

Di bawah tebing, terdapat tanah lapang yang tidak lebih luas dari lapangan basket. Sejumlah ornamen patung artefak tertata di sekitar lapangan ini.

Baca juga: Gua Selomangleng di Kediri, Pertapaan Legendaris Dewi Kilisuci

Dari lapangan ini, penampakan dua mulut gua tersebut menjadi latar.

Halaman:


Terkini Lainnya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Surabaya
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
Surabaya
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Surabaya
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Surabaya
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Surabaya
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Surabaya
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Surabaya
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Surabaya
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
Surabaya
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Surabaya
33 Lembaga Zakat Jatim Kirim 103 Ton Bantuan ke Bencana Sumatera
33 Lembaga Zakat Jatim Kirim 103 Ton Bantuan ke Bencana Sumatera
Surabaya
Ditanya Maraknya Tambang Ilegal di Bangkalan, Khofifah Enggan Komentar
Ditanya Maraknya Tambang Ilegal di Bangkalan, Khofifah Enggan Komentar
Surabaya
Dua Atlet Nasional yang Menapaki Jalan Baru Lewat Pendidikan di Surabaya
Dua Atlet Nasional yang Menapaki Jalan Baru Lewat Pendidikan di Surabaya
Surabaya
Perjuangan Desi, Jualan Lumut Sambil Momong Anak demi Kebutuhan Keluarga
Perjuangan Desi, Jualan Lumut Sambil Momong Anak demi Kebutuhan Keluarga
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau