Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fiki Susanto, Seniman Tato Banyuwangi yang Teguh Lawan Stigma Negatif

Kompas.com, 14 Februari 2025, 06:50 WIB
Fitri Anggiawati,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Cuaca Banyuwangi sedang tak bersahabat karena dilanda angin kencang dan hujan deras.

Meski demikian, Mohammad Fiki Susanto, seorang seniman tato, tetap fokus menyiapkan peralatannya untuk menyambut pelanggan dari Kecamatan Glenmore yang ingin melanjutkan proses pembuatan tato di kulitnya.

Di sebuah studio yang terletak di tepi Jalan Raya Sidomulyo, Dusun Sumberayu, Sumberberas, Kecamatan Muncar, Fiki menceritakan perjalanan kariernya dalam dunia seni tato.

“Saya tidak punya background pendidikan khusus. Otodidak. Cuma saya hobi gambar sejak SMK,” ungkap Fiki, pria berkacamata yang lahir pada tahun 1995.

Baca juga: Dodot, Seniman Tato yang Jalani Hobi dan Bisnis di Tengah Persepsi Buruk

Meskipun setelah menyelesaikan pendidikan di sebuah SMK di Kecamatan Tegaldlimo, ia merantau sebagai buruh migran di Malaysia. Hobinya tetap berkembang.

Selama merantau dari tahun 2013 hingga 2022, Fiki bekerja sebagai buruh las kontainer dan memutuskan untuk membuka studio tato di negeri jiran.

Usahanya berkembang pesat selama tujuh tahun. “Akhirnya pulang kampung karena diminta istri,” tambahnya.

Setelah kembali ke kampung halamannya, Fiki mempertimbangkan usaha yang tepat untuk dijalani.

Ia memutuskan untuk meneruskan studio tato yang sudah dibangunnya, meskipun harus menghadapi stigma negatif yang melekat pada profesinya di masyarakat, terutama di desa.

“Ada stigma yang bertato seram, preman, kriminal. Atau stigma bikin tato bisa dibayar pakai minuman keras,” ujar Fiki.

Fiki Susanto Seniman tato Banyuwangi menunjukkan alat tato di studionya, Minggu (9/2/2025). KOMPAS.com/FITRI ANGGIAWATI Fiki Susanto Seniman tato Banyuwangi menunjukkan alat tato di studionya, Minggu (9/2/2025).

Meski demikian, ia bertekad melawan stigma tersebut dengan menghadirkan karya seni yang berkualitas dan menolak calon pelanggan yang mengonsumsi minuman keras.

“Kalau ada customer yang minum miras tidak saya terima. Saya berusaha seprofesional mungkin. Karena orang mabuk susah diomongi, konsentrasi kita buyar karena dia gerak terus, hasilnya jelek,” tegasnya.

Fiki juga terus mengembangkan kemampuannya dengan meningkatkan pengetahuan dan memperbarui peralatannya.

Ia kini menggunakan mesin rotary dan teknik gambar yang lebih presisi dengan bantuan thermal paper.

Baca juga: Teguh Iwanggin, Jatuh Bangun Memperkenalkan Seni Tato di Jayapura Papua

“Gambar juga tidak asal-asalan. Sekarang di tato selain seni juga ada ceritanya. Saya biasanya mendengarkan cerita dari orangnya dulu sebelum melukis,” tambahnya.

Setelah tiga tahun menjalankan studionya, Fiki kini mulai dikenal di berbagai penjuru Banyuwangi.

Masyarakat pun perlahan-lahan mengubah pandangan mereka terhadap tato, dari yang dianggap tabu menjadi sebuah karya seni.

“Tato dulu tidak sebagus sekarang. Sekarang bagus pede-pede aja. Kalau seram pun sebetulnya yang seram bukan tatonya tapi kelakuan orangnya,” tutup Fiki.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Surabaya
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
Surabaya
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Surabaya
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Surabaya
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Surabaya
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Surabaya
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Surabaya
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Surabaya
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
Surabaya
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau