MALANG, KOMPAS.com - Di tengah gerimis yang menyelimuti, rumah Taufik Hidayat di Desa Kalipare, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang, dipenuhi oleh sanak saudara dan tetangga pada Minggu (12/1/2024) sore.
Suasana tersebut berbeda dari hari-hari biasa, karena Taufik menggelar ritual Tedak Siten untuk putri sulungnya, Ummu Zahra Rosyidah, yang telah berusia 8 bulan.
Tedak Siten merupakan ritual yang dilakukan untuk menandai langkah pertama seorang anak di atas tanah, yang dalam tradisi Jawa dikenal dengan istilah tujuh lapan, setara dengan 245 hari atau sekitar 8 bulan dalam kalender Masehi.
Baca juga: Mengenal Upacara Tedak Siten, Tradisi Masyarakat Jawa
Meskipun tradisi ini masih populer di kalangan masyarakat Jawa, tidak sedikit yang telah meninggalkannya di era modern ini.
Di beberapa daerah, Tedak Siten juga dikenal dengan istilah 'Mudun Lemah' dan memiliki variasi dalam pelaksanaannya.
Di Desa Kalipare, penduduknya tidak hanya terdiri dari orang Jawa, tetapi juga orang Madura.
Dalam konteks ini, orang Madura mengadaptasi tradisi tersebut dengan sebutan 'Toron Tanah', yang berarti turun ke tanah.
Mengacu pada laman Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Tedak Siten berasal dari kata "tedhak" yang berarti "menapakkan kaki" dan "siten" yang berasal dari kata "siti" yang berarti "bumi" atau "tanah".
Ritual ini dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan kepada bumi, tempat anak mulai belajar menginjakkan kaki.
Anak Taufik Hidayat dituntun memilih barang yang berada di anyaman tampah dalam prosesi Tedak Siten, sebagai simbol doa untuk masa depan anak.Ritual Tedak Siten di rumah Taufik dipenuhi dengan makna.
Prosesi ini diiringi oleh doa-doa dari orang tua dan sesepuh, yang diharapkan dapat membawa kesuksesan bagi anak dalam menjalani kehidupannya.
Setiap perlengkapan yang disiapkan selama prosesi mengandung simbol-simbol yang kaya makna.
Dalam pelaksanaan Tedak Siten, keluarga Taufik menggabungkan budaya Jawa dan agama Islam.
Para undangan mengelilingi tujuh kue tetal dan wajik yang ditata di sisi kanan dan kiri tangga dari batang tebu, sambil membaca selawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Tangga tersebut terdiri dari tujuh anak tangga yang dihiasi dengan beragam buah-buahan dan jajanan pasar.