Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nestapa Pecel Semanggi, Ikon Kuliner Surabaya yang Ditinggal Anak Muda

Kompas.com, 15 November 2024, 18:18 WIB
Izzatun Najibah,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Kota Surabaya tak hanya punya rawon dan bebek sebagai kuliner andalan. Masih ada pecel semanggi yang sudah sejak lama menjadi ikon untuk kota ini.

Layaknya pecel pada umumnya, pecel semanggi disajikan dengan daun pisang yang dipincuk. Dicampur dengan sayur lain, seperti toge, kangkung, dan bunga turi.

Lalu disiram bumbu pecel khas semanggi berwarna coklat sedikit gelap terdiri dari kacang, ubi, atau ketela yang direbus bersama gula jawa dan cabai -untuk menambah rasa pedas.

Menikmati pecel semanggi tak afdol jika tidak ditambah krupuk puli yang terbuat beras. Bentuknya persegi panjang dan berwarna kuning cerah. Rasanya kriuk renyah saat dikunyah.

Baca juga: Menikmati Kupang Lontong Cak Kartolo, Kuliner Legendaris Sidoarjo yang Tak Pernah Sepi Pembeli

Kudapan ini lebih mudah ditemui di pagi hari. Bahkan, hanya ada di beberapa titik saja di Kota Surabaya.

Penjualnya pun mayoritas ibu-ibu lansia yang berjalan kaki sambil menggendong keranjang berbahan anyaman rotan.

Akademisi Universitas Negeri Surabaya, Prof. Rindawati sempat mengkaji pecel semanggi dalam perspektif antropologi sosial.

Bukan sekadar makanan, pecel semanggi mewakili hubungan budaya, individu, dan kolektif.

Sayangnya, Rindawati juga mengakui, di zaman sekarang banyak generasi muda yang tidak doyan dengan pecel semanggi. Jangankan ikut menjual dan memasarkan, menikmati saja pun enggan.

“Kayaknya khusus anak muda sekarang banyak yang belum kenal. Jamannya sekarang sudah lebih modern, dan dengan cara dagang seperti itu mungkin nampaknya anak muda nggak mau sengsara,” kata Rinda.

Baca juga: Menguak Rahasia Kuah Pekat Rawon Subedo, Kuliner Khas Surabaya

Nestapa ini diakui salah satu penjual pecel semanggi yang melapak di trotoar Jalan Aditywarman, Hermin (58).

Dia mengaku sedari pagi sudah berkeliling menjual dagangannya hingga sore. Jarang dagangannya bisa ludes terjual. Mungkin, kata dia, karena sekarang peminat pecel semanggi jauh berkurang.

“Yang beli ya gini-gini aja, kebanyakan emang orang tua. Ya ada sih anak mudanya tapi nggak banyak,” sebut Hermin.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, pecel semanggi dagangan Hermin memang lebih banyak diburu oleh ibu-ibu usia 50 tahun ke atas.

Hanya sesekali penarik ojek online (ojol) ikut nimbrung menikmati pecel, sambil menunggu orderan.

“Saya jualan sudah 30 tahun. Dari yang harganya Rp750 sekarang Rp13.000,” imbuh Hermin sambil menyiram bumbu pecel di atas semanggi.

Menurut Hermin, jika ditimbang, berat keranjang rotan yang dipikul pedagang pecel semanggi mungkin mencapai tujuh kilogram.

Baca juga: Tahu Tepo Kecap Madiun: Pedasnya Nendang, Lembut Manjakan Lidah

Tetapi, kata Hermin, metode dagang pecel semanggi inilah yang justru menjadi ciri khas tersendiri.

“Jadi kita juga harus tahu -khususnya anak Surabaya yang muda-muda ini juga berusaha untuk lebih mengenalkan dengan media sosialnya."

"Atau, juga dengan membantu para pedagang itu, agar bagaimana cara inovasi yang sekarang sesuai jaman sekarang."

"Supaya lebih dikenal dan semanggi Surabaya itu bisa terangkat sebagai budaya kuliner lokal khususnya,” tutur Rinda.

Halaman:


Terkini Lainnya
Maling Sapi Tewas Ditembak Aparat di Bangkalan
Maling Sapi Tewas Ditembak Aparat di Bangkalan
Surabaya
Posko Bangkalan Berbagi Segera Kirim Seragam Sekolah, Baju Baru hingga Sembako untuk Bencana Aceh
Posko Bangkalan Berbagi Segera Kirim Seragam Sekolah, Baju Baru hingga Sembako untuk Bencana Aceh
Surabaya
Kuliah Sambil Jadi Kurir Paket, Gibran Harus Pandai Bagi Waktu dan Rendahkan Ego
Kuliah Sambil Jadi Kurir Paket, Gibran Harus Pandai Bagi Waktu dan Rendahkan Ego
Surabaya
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Surabaya
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Surabaya
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Surabaya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau