KEDIRI, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan perihal fenomena alam berupa hujan es yang melanda kawasan Gunung Kelud dan sekitarnya di Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Material berupa butiran kecil es yang jatuh bersamaan dengan hujan lebat serta angin kencang itu terjadi pada Kamis (31/10/2024) sekitar pukul 16.40 WIB.
BMKG Stasiun Meteorologi Kelas III Dhoho Kediri mencatat, pada jam tersebut citra radar cuaca mendapati nilai reflektivitas yang cukup tinggi di wilayah puncak Gunung Kelud dan sekitarnya.
Nilainya mencapai 60-65 desibel Z (dBz). Dalam artian, semakin tinggi nilai dBz maka semakin tinggi potensi intensitas hujan terjadi.
“Hal ini menunjukkan tutupan awan konvektif atau hujan masif,” ujar Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas III Dhoho Kediri Lukman Sholeh dalam keterangan tertulisnya, Jumat (1/11/2024).
Baca juga: Hujan Es Melanda Kawasan Puncak Gunung Kelud Kediri
Begitu juga dari pantauan visual vertikal citra radar, ketinggian awan konvektif kumulonimbus mencapai ketinggian 16 kilometer dengan kandungan es pada inti awannya.
Diperkuat pula kondisi suhu dari citra satelit Himawari-8 yang mencatat suhu puncak awan mencapai 100 derajat celsius.
Hal tersebut menunjukkan kondisi atmosfer di puncak Gunung Kelud dan wilayah sekitarnya mendukung tumbuhnya awan kumulus dan awan kumulonimbus.
“Yang menyebabkan peristiwa hujan es dan angin kencang,” kata Lukman menambahkan.
Baca juga: Terowongan Mitigasi Gunung Kelud, Jejak Upaya Menjinakkan Amukan Gunung Api pada Masa Kolonial
Sebelumnya diberitakan, warga di sekitar Gunung Kelud yang mempunyai ketinggian 1.731 meter di atas permukaan air laut itu dihebohkan adanya fenomena alam hujan es.
Hujan es tersebut cukup membuat panik warga. Butiran-butiran es yang kasat mata itu berjatuhan menyebar di tanah.
Dampak suara yang ditimbulkannya saat jatuh menimpa atap juga cukup memekakkan telinga. Apalagi durasi hujannya cukup lama.
Arip Setiawan alias Arip Brodot, salah seorang warga yang tengah berada di kawasan puncak Kelud merasakan sensasi hujan es tersebut dan sempat mengabadikannya melalui kamera telepon genggamnya.
"Suasananya cukup ngeri. Anginnya kenceng butiran es berjatuhan,” ujar pemuda penjaga outlet foto wisata Kelud ini.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang