Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilkada Jember, Paslon Fawait-Djoko Dapat Dukungan dari Perkumpulan Guru Ngaji

Kompas.com, 29 Oktober 2024, 15:07 WIB
Bagus Supriadi,
Andi Hartik

Tim Redaksi

JEMBER, KOMPAS.com - Para guru ngaji yang tergabung dalam Perkumpulan Pengajar Al-Quran Indonesia (PPAI) Kabupaten Jember deklarasi mendukung pasangan calon nomor urut 2 Fawait-Djoko dalam Pilkada Jember di Dusun Krajan, Desa Glagahwero, Kecamatan Panti pada Selasa (29/10/2024).

Ketua PPAI Jember, Ustaz Iksan menyatakan komitmennya untuk memenangkan paslon Fawait-Djoko pada pemilihan 27 November 2024 mendatang.

"Kami berdoa dan memberi dukungan penuh kepada Gus Fawait. Mudah-mudahan Allah senantiasa meridhoi beliau. Kalau beliau jadi bupati, Insya Allah guru ngaji tidak akan dibiarkan," ucap dia.

Baca juga: Persiapan Dua Paslon Pilkada Jember Menghadapi Debat Perdana

Sementara itu, Sucipto, guru ngaji asal Dusun Karang Asem Timur, Desa Glagahwero, menyampaikan beberapa harapan krusial kepada Fawait apabila terpilih menjadi bupati Jember.

"Harapannya, guru ngaji diperhatikan, sebab selama ini tidak ada perhatian sama sekali dari pemerintah. Kami tidak pernah disapa sama sekali," ungkap dia.

Baca juga: Usai Debat, Fawait Janji Hidupkan Bandara Notohadinegoro Jember

Sucipto juga berharap cabup Fawait bisa mengembangkan sektor pertanian yang menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat Jember, termasuk guru ngaji.

"Banyak para guru ngaji yang juga bertani, sama seperti yang lain. Masalah pertanian, pupuk di sini mahal, kadang enggak ada stoknya. Jadi yang mestinya dipupuk, petani enggak beli pupuk karena mahal. Mohon dibantu pupuknya," ujar Sucipto.

Nur Suroso, pegiat pendidikan agama asal Desa Glagahwero yang juga hadir dalam kegiatan tersebut mengatakan hal senada.

"Bantuan kepada lembaga juga enggak ada, padahal dulu ada. Kalau Gus Fawait ini kan santri, pasti paham, pasti mengayomi para guru ngaji, Insya Allah seperti itu," tutupnya.

Menanggapi hal tersebut, Fawait menyampaikan terima kasih kepada para guru ngaji di Kabupaten Jember.

"Yang tahu santri ya santri. Yang tahu pesantren ya orang-orang pesantren. Maka dari itu, Insya Allah Jember punya pemimpin dari kalangan pesantren nanti," tuturnya.

Fawait juga memastikan, para guru ngaji akan mendapatkan perhatian khusus. Tunjangan guru ngaji akan diberikan secara rutin dan terhormat.

"Saya sangat prihatin dengan guru ngaji. Kasihan, didata terus, difoto terus, tapi enggak ada tunjangan. Guru ngaji ke depan saya pastikan tunjangannya kita berikan dan dinaikkan," ucap dia.

Selain itu, Fawait juga memastikan sektor pertanian akan diprioritaskan, terutama masalah pupuk yang kerapkali dikeluhkan petani di Kabupaten Jember.

"Pemerintah akan membeli pupuk harga mahal dan akan kita jual dengan harga subsidi. Itu salah satu program kami. Pertanian harus berkualitas," tutur dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau