PASURUAN, KOMPAS.com - Nelayan Pasuruan meminta aliran sungai yang bermuara di pelabuhan dilakukan normalisasi.
Pasalnya, kondisi sungai mengalami pendangkalan sehingga menyulitkan kapal saat bersandar. Terutama saat kondisi air laut sedang surut, kapal sering mengalami kandas.
Baca juga: Dusun Marimoi Halmahera Selatan Banjir, Warga Minta Normalisasi Sungai
"Ini kapal saya sudah tiga hari tidak bisa berlayar karena pecah bagian bawah lambung kapal," ujar Abdul Latif (45), Sabtu (7/9/2024).
Dari pantauan Kompas.com di pelabuhan Pasuruan yang terletak di Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan, terdapat 10 kapal berkapasitas besar tidak berlayar akibat satu kapal tenggelam yang mengakibatkan aktifitas di sisi selatan pelabuhan berhenti beroperasi.
Untuk itu, sejumlah pemilik kapal dan puluhan nelayan meminta normalisasi sungai. Khususnya di titik lokasi muara laut. Selain sampah juga terdapat bebatuan tajam di bagian dasar laut yang dapat mengakibatkan kapal rusak.
"Nah pada utara sisi jembatan 100 meter itu ada bebatuan tajam. Kalau tidak hati hati, kapal yang bersandar dengan posisi bermuatan, bisa pecah bagian bawah kapal terkena batu," terangnya.
Para pemilik kapal maupun nelayan meminta agar penanggung jawab pemeliharaan sungai di pelabuhan segera ada pengerukan. Jika tidak, maka kapal yang berkapasitas di atas 10-30 ton tidak dapat bersandar pada posisi air laut sedang surut.
Terpisah, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI) Kota Pasuruan mendesak agar pemerintah agar pemerintah Kota Pasuruan segera melakukan normalisasi sungai.
Karena bebatuan yang berada di dasar sungai tersebut sisa revitalisasi pelabuhan.
"Karena batu-batu besar dan tajam itu sisa saat Pemkot Pasuruan membangun pedistrian pelabuhan yang masuk sungai," jelas Ahmad Gatot Hartowo (50), penasehat HSNI Kota Pasuruan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang