SURABAYA, KOMPAS.com - Sehari jelang akhir masa pendaftaan, peta politik Pilkada Jatim semakin terang. Kelompok nasionalis dan religius diprediksi batal berkoalisi alias pecah kongsi.
Kelompok nasionalis yang diwakili PDI-Perjuangan dan kelompok religius yang diwakili PKB memilih mengusung calon sendiri.
Praktis, bakal ada tiga pasang calon yang akan berlaga di Pilkada Jatim. Yaitu, pasangan yang diusung PKB, pasangan yang diusung PDI-P, dan koalisi besar yang dibangun pasangan petahana Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elistianto Dardak.
Baca juga: Naik Motor Listrik ke KPU, Khofifah-Emil Daftar Pilkada Jatim
PDI-Perjuangan mengusung Menteri Sosial yang juga mantan wali kota Surabaya 2 periode Tri Rismaharini, nama wakil belum muncul sampai sekarang.
Namun, isu yang beredar di kalangan wartawan, Risma akan bergandengan dengan mantan wali kota Malang Sutiaji. Sementara PKB mengusung Nur Hamidah dan Lukmanul Hakim.
Baca juga: PDI-P Usung Risma di Pilkada Jatim, Emil Dardak Mengaku Sambut Baik
Khofifah - Emil mendaftar ke KPU Jatim pada Rabu (28/8/2024). Dalam sesi konfrensi pers usai pendaftaran menyebut pada Pilkada Jatim 2024, dirinya didukung oleh 15 partai pengusung, sebagian di antaranya adalah partai non-parlemen.
Sebanyak 15 partai itu adalah PSI, Nasdem, Partai Demokrat, Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Perindo, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan PKS.
Ditambah PBB, Partai Garuda, Partai Buruh, Partai Gelora, Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) dan terakhir Partai Prima.
"Terima kasih untuk semua partai pendukung dan relawan. Saya sebut ini super tim karena dukungan politik yang sangat besar," kata Khofifah.
Menanggapu batalnya koalisi PKB dan PDI-P pada Pilkada Jatim, Dosen Komunikasi Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim melihat ada kontrak politik yang tidak disepakati antara kedua partai pemilik suara besar di Jatim.
"Tentu ada hal yang tidak bisa disepakati sehingga belum bertemu frekuensinya," katanya saat dikonfirmasi, Rabu.
Menurutnya, jika PKB dan PDI-Perjuangan berkoalisi di Pilkada Jatim, akan jauh lebih kompetitif dibanding mengusung calon sendiri.
"Kondisi seperti ini tentunya menguntungkan pasangan petahana. Tapi itulah politik, selalu dinamis," terangnya.
Berdasarkan survei Litbang Kompas periode Juni 2024, elektabilitas Khofifah mencapai 26,8 persen. Lalu, disusul oleh Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini dengan 13,6 persen.
Sementara itu, dua nama lainnya, yakni Emil Elestianto Dardak dan Syaifullah Yusuf hanya dipilih kurang dari empat persen responden. Masing-masing 3,8 persen dan 1,8 persen.
Dikutip dari Kompas.id, Jumat (19/7/2024), muncul juga nama mantan Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur Marzuki Mustamar dan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang