LUMAJANG, KOMPAS.com - Dua puluh tahun lamanya Eko Santoso, warga Kelurahan Jogotrunan, Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengabdikan diri untuk Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Lumajang.
Eko, merupakan angkatan pertama relawan Tagana yang ada di Kabupaten Lumajang. Ia bergabung dengan Tagana pada 2004.
Awalnya, Eko merupakan ketua karang taruna Kabupaten Lumajang. Kegiatannya memang lebih sering bergelut di bidang sosial kemasyarakatan.
Kebetulan, pada 2004 terdapat perekrutan Tagana. Eko yang merasa terpanggil lantas mendaftar dan mengikuti pelatihan di Malang, Jawa Timur.
"Kalau pertama kali dari relawan karang taruna, dulu saya ketua karang taruna Lumajang yang sering bergerak di bidang sosial, lalu ada perekrutan kita ikut dan bimtek di Malang," kata Eko di Lumajang, Selasa (14/5/2024).
Baca juga: Cerita Endi Yudha Baskoro, 15 Tahun Jadi Relawan Tagana karena Hobi dan Panggilan Jiwa
Menjadi pejuang sosial sepertinya telah menjadi jalan hidup yang dipilih Eko sejak muda.
Kepeduliannya kepada masyarakat yang tertimpa bencana lebih tinggi dibandingkan dengan hal-hal yang bersifat materi.
Eko mengaku, selama ini ia dan teman-teman relawan Tagana lainnya tidak pernah mempermasalahkan besarnya tali asih yang diberikan oleh pemerintah.
Baca juga: Bertaruh Nyawa Tanpa Asuransi, Relawan Tagana Ini Pernah Dijarah Saat Bertugas
Sebagai angkatan pertama, Eko merasakan menerima tali asih dari Kementerian Sosial mulai dari Rp 50.000 hingga saat ini menjadi Rp 250.000 per bulan.
"Pertama kita masuk itu tidak melihat besar kecilnya tali asih, kita ingin benar-benar membantu. Awal itu mulai Rp 50.000 dan kita ambilnya harus di kantor pos, kalo sekarang Rp 250.000," ujar Eko.
"Jadi teman-teman Tagana itu paham kalau tali asih bukan pekerjaan utama, jadi tidak pernah mengeluh, dan mereka punya pekerjaan sendiri dan banyak macamnya," lanjutnya.