NGANJUK, KOMPAS.com – Sejumlah ruang kelas di Madrasah Tsanawiah (MTs) Ki Ageng Ngaliman di Dusun Ngemplak, Desa Sudimoroharjo, Kecamatan Wilangan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, kondisinya memprihatinkan.
Dari tiga ruang kelas yang ada, hanya satu yang kondisinya bisa disebut layak, itu pun plafon banyak yang jebol dan atapnya bocor. Bahkan, hampir semua kerangka kayu juga terlihat lapuk, akibat dimakan usia.
Kondisi ini membuat sejumlah siswa was-was, takut atap ruang kelas tersebut roboh menimpa para murid MTs Ki Ageng Ngaliman.
“Kami takut plafonnya runtuh. Apalagi saat hujan tiba, bocoran air membasahi meja dan bangku para siswa," ucap salah satu siswa kelas IX MTs Ki Ageng Ngaliman Wilangan, Airin Ria Putri, Kamis (2/5/2024).
Baca juga: Eks Bupati Nganjuk Ambil Formulir Pedaftaran Cabup di Kantor PDI-P
Menurut Putri, para siswa MTs Ki Ageng Ngaliman pun terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman saat berlangsung proses belajar dan mengajar. Terkadang mereka mengungsi di rumah penduduk, kadang pula di balai pelatihan kerja di desa setempat.
"Jadi kalau hujan, seluruh siswa dikumpulkan jadi satu, akibatnya pembelajaran kurang efektif," tuturnya.
Baca juga: Taman Monumen Marsinah Akan Dibangun di Nganjuk
"Kalau ujian (berbasis online) kami juga harus pergi ke laboratorium balai pelatihan kerja. Kadang kala biar kami cepat sampai ke laboratorium, kami harus menerobos lahan perkebunan," kata Putri.
Kepala MTs Ki Ageng Ngaliman, Nurwaji (55) membenarkan bahwa sejumlah sarana dan prasarana di sekolah yang dipimpinnya butuh perbaikan.
"Kondisi sekolah rusak sudah sejak lima tahun lalu. Tiga ruang kelas yang dihuni 51 siswa itu atapnya bocor, kayunya banyak yang lapuk," ungkap Nurwaji.
Nurwaji mengaku khawatir dengan kondisi anak didiknya saat melakukan kegiatan belajar di ruang kelas yang atapnya rusak.
Namun, kata dia, tidak ada pilihan lain karena proses kegiatan belajar mengajar tetap harus berlangsung.
“Kami khawatir dengan keselamatan para anak didik. Karenanya saat hujan tiba, kami ajak anak-anak untuk mengikuti pembelajaran di laboratorium balai pelatihan kerja, kadang juga di rumah mbah kiai samping sekolah," sebut Nurwaji.
Menurut Nurwaji, sejumlah upaya telah ditempuh oleh pihak sekolah. Salah satunya dengan mengajukan rehabilitasi ke Kantor Kementrerian Agama (Kemenag) Kabupaten Nganjuk. Akan tetapi belum ada tindak lanjut atas pengajuan tersebut.
“Kita punya niatan untuk memperbaiki, namun anggarannnya belum ada. Kita juga pernah mengajukan rehabilitasi, namun jawabannya disuruh nunggu. Kemarin juga ada tim ke sini, juga sudah ngukur, sudah acc. Namun kita tunggu satu tahun juga belum ada jawaban," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.