NGAWI, KOMPAS.com - Kepolisian Resor (Polres) Ngawi, Jawa Timur menyebutkan, kematian lansia di Desa Bringin, Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi bernama Suminten (64) pada Senin (18/3/2024), diduga disebabkan karena hal tak wajar.
Kasatreskrim Polres Ngawi AKP Joshua Peter Krisnawan mengatakan, berdasarkan hasil visum, didapati luka akibat kekerasan pada bagian kepala. Korban juga diduga mengalami sumbatan laju napas.
Baca juga: Pergoki Maling di Dalam Rumah, Lansia Dibunuh
“Dipastikan terdapat luka kekerasan pada bagian kepala dan korban mengalami sumbatan laju napas sehingga meninggal dunia,” ujar dia melalui pesan singkat, Selasa (19/3/2024).
Joshua mengaku masih menunggu hasil otopsi yang dilakukan oleh Instalasi Forensik dan Medikolegal RSUD Soeroto Ngawi untuk mengetahui penyebab kematian korban.
Meski mendapati kejanggalan, polisi belum bisa memastikan apakah korban merupakan korban pembunuhan.
“Untuk hasil otopsi masih menunggu dari pihak RSUD dr Soeroto Ngawi,” imbuh dia.
Baca juga: Heboh Wanita Lansia Asal Bandung Sempat Hilang Saat Umrah
Polisi juga telah meminta keterangan kepada suami korban P (68).
Untuk diketahui Suminten ditemukan tewas di kamarnya oleh sang suami pada Senin (18/3/2024) pukul 10.00 WIB.
Teriakan sang suami saat itu menggegerkan warga Desa Bringin, Kecamatan Bringin.
Kepala Dusun Genengan, Desa Bringin Dwi Purwanto mengatakan, warga menemukan jenazah Suminten dalam kondisi mencurigakan.
Suminten terbaring di atas tempat tidurnya dan lehernya terlilit kain.
“Korban ditemukan warga sekitar pukul 10.00 WIB di atas tempat tidur, kita temuka ada kain yang melilit leher korban, kalau dibilang bunuh diri tapi talinya di bawah,” ujarnya.
Lansia suami istri tersebut, menurut Dwi Purwanto, belum genap satu tahun tinggal di Desa Beringin. Mereka sebelumnya tinggal di Kalimantan sebgaai transmigran dan menempati rumah sederhana berdinding tripleks di atas tanah milik kerabatnya.
Keduanya bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
“Korban ini tidak punya anak, tinggal di rumah hanya berdua. Untuk ekonomi mereka juga kesulitan,” ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.