BANYUWANGI, KOMPAS.com - Keluarga santri asal Banyuwangi, Jawa Timur, mengungkapkan bahwa jasad Bintang Balqis Maulana (14) sempat diinapkan di dalam asrama pondok di Kediri, sesaat setelah meninggal dunia.
Keterangan itu didapat Suyanti, ibu kandung Bintang, yang ikut mengantarkan jenazah almarhum bersama perwakilan Pondok Pesantren Al Ishlahiyah Kediri pada Sabtu (24/2/2024) dini hari lalu.
Menurut Suyanti dari keterangan AF yang saat ini ditangkap polisi karena menjadi salah pelaku penganiayaan anaknya, jasad Bintang sempat diletakkan di dalam asrama.
"Setelah kita desak dia mengaku," kata Suyanti, Rabu (28/2/2024).
Baca juga: Santri Tewas Dianiaya Para Seniornya, Ibu Korban Terpukul Satu Pelaku Saudaranya Sendiri
AF yang masih sepupu korban itu mengaku jenazah Bintang diinapkan di dalam pondok karena sempat ditolak pihak rumah sakit. AF bahkan sempat mendampingi jenazah Bintang selama satu malam.
"Dia ngaku jenazah Bintang ini diinapkan dalam pondok dan ikut mendampingi selama satu malam. Pengakuan sepupu-sepupu seperti itu," ungkap Suyanti.
Suyanti menjelaskan, jenazah Bintang sempat dibawa dengan cara dibopong oleh beberapa teman pondok, termasuk AF, ke rumah sakit menggunakan motor.
"Sempat dibawa ke rumah sakit boncengan pakai motor bareng temannya. Tapi ditolak karena sudah meninggal dunia," terang Suyanti.
Suyanti pun kaget mendengar pengakuan dari keponakannya tersebut. Dia tak menyangka sepupu Bintang itu terlibat penganiayaan.
"Makanya saya kaget saat dengar pengakuan tersebut," terangnya.
Namun keponakannya tersebut tidak menyampaikan Bintang dibawa ke rumah sakit mana sehingga kemudian ditolak sesaat setelah meninggal dunia.
Apalagi yang membuat lebih janggal, sebelum tiba ke rumah duka, kata Suyanti, rombongan pengantar jenazah Bintang sempat berhenti di kawasan Kalibaru, lebih dari satu jam.
Pihak keluarga curiga, rombongan pengantar jenazah anaknya itu sengaja berhenti sejenak untuk mengatur strategi menyamakan omongan sebelum sampai di rumah duka.
Keluarga awalnya percaya penyebab kematian korban karena terjatuh dari kamar mandi. Namun kecurigaan muncul saat perwakilan pesantren tidak mengizinkan membuka kain kafan korban.
"Pasti ada yang nggak beres. Makanya kami minta untuk dibuka kain kafannya. Apalagi ada ceceran darah," ungkap Suyanti.