Salin Artikel

Jenazah Santri yang Tewas di Kediri Sempat Diinapkan di Asrama Pondok

Keterangan itu didapat Suyanti, ibu kandung Bintang, yang ikut mengantarkan jenazah almarhum bersama perwakilan Pondok Pesantren Al Ishlahiyah Kediri pada Sabtu (24/2/2024) dini hari lalu.

Menurut Suyanti dari keterangan AF yang saat ini ditangkap polisi karena menjadi salah pelaku penganiayaan anaknya, jasad Bintang sempat diletakkan di dalam asrama.

"Setelah kita desak dia mengaku," kata Suyanti, Rabu (28/2/2024).

AF yang masih sepupu korban itu mengaku jenazah Bintang diinapkan di dalam pondok karena sempat ditolak pihak rumah sakit. AF bahkan sempat mendampingi jenazah Bintang selama satu malam.

"Dia ngaku jenazah Bintang ini diinapkan dalam pondok dan ikut mendampingi selama satu malam. Pengakuan sepupu-sepupu seperti itu," ungkap Suyanti.

Suyanti menjelaskan, jenazah Bintang sempat dibawa dengan cara dibopong oleh beberapa teman pondok, termasuk AF, ke rumah sakit menggunakan motor.

"Sempat dibawa ke rumah sakit boncengan pakai motor bareng temannya. Tapi ditolak karena sudah meninggal dunia," terang Suyanti.

Suyanti pun kaget mendengar pengakuan dari keponakannya tersebut. Dia tak menyangka sepupu Bintang itu terlibat penganiayaan.

"Makanya saya kaget saat dengar pengakuan tersebut," terangnya.

Namun keponakannya tersebut tidak menyampaikan Bintang dibawa ke rumah sakit mana sehingga kemudian ditolak sesaat setelah meninggal dunia.

Apalagi yang membuat lebih janggal, sebelum tiba ke rumah duka, kata Suyanti, rombongan pengantar jenazah Bintang sempat berhenti di kawasan Kalibaru, lebih dari satu jam.

Pihak keluarga curiga, rombongan pengantar jenazah anaknya itu sengaja berhenti sejenak untuk mengatur strategi menyamakan omongan sebelum sampai di rumah duka.

Keluarga awalnya percaya penyebab kematian korban karena terjatuh dari kamar mandi. Namun kecurigaan muncul saat perwakilan pesantren tidak mengizinkan membuka kain kafan korban.

"Pasti ada yang nggak beres. Makanya kami minta untuk dibuka kain kafannya. Apalagi ada ceceran darah," ungkap Suyanti.

Saat itu, ibu kandung dan kakak korban Mia Nur Khasanah (22) melihat ada ceceran darah yang keluar dari keranda, tempat jasad adiknya dibaringkan.

Mia lalu meminta untuk dibukakan kain kafan yang membungkus jasad adiknya itu. AF dan pihak pesantren sempat tidak memperbolehkan membuka kain kafan korban dengan alasan jenazah sudah disucikan.

Karena curiga akhirnya pihak keluarga tetap ingin membukanya.

"Katanya sepupu saya sudah suci. Jadi ndak perlu dibuka. Kami tetap ngotot karena curiga ada ceceran darah keluar dari keranda," ujar Mia.

Setelah dibuka, pihak keluarga langsung syok melihat kondisi jasad korban yang penuh dengan luka-luka.

Seperti jeratan tali di leher, sundutan rokok berwarna hitam di kulit kaki hingga tulang hidung yang terlihat patah.

"Ada luka lebam di sekujur tubuh. Ditambah luka seperti jeratan leher. Apalagi di hidungnya juga terlihat patah," ungkapnya.

"Ini sudah pasti bukan jatuh dari kamar mandi, tapi dianiaya," imbuh Mia.

Tak hanya itu. Menurut Mia, ada satu luka mencurigakan pada dada seperti berlubang, yang membuat dirinya semakin yakin adiknya meninggal dunia bukan karena jatuh dari kamar mandi.

Karena merasa ada kejanggalan dengan kematian Bintang, pihak keluarga lalu melapor ke Polsek Glenmore. Jasad korban kemudian dibawa ke RSUD Blambangan untuk diperiksa.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/02/28/152500878/jenazah-santri-yang-tewas-di-kediri-sempat-diinapkan-di-asrama-pondok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke