KOMPAS.com – MAR (14), santri di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, yang meninggal pada Minggu (7/1/2024) setelah 4 hari dirawat di rumah sakit akibat pengeroyokan oleh rekan-rekannya, sempat disidang oleh pengurus pondok pesantren atas dugaan pencurian uang.
Juru bicara Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq, Wafa Bahrul Amin, mengatakan bahwa pengurus pondok pesantren turun tangan atas keluhan sejumlah santri yang mengaku kehilangan uang pada awal Desember lalu dengan cara “menyidang” MAR di ruang pengurus.
"Korban itu santri yang baik, sebenarnya. Namun manusiawi bahwa korban melakukan pelanggaran peraturan di pesantren,” ujar Wafa merujuk pada pelanggaran peraturan dalam bentuk mencuri, Selasa (9/1/2024).
Baca juga: 17 Santri Tersangka Pengeroyokan di Blitar Tetap Tinggal di Ponpes
Dia mengatakan bahwa MAR dipanggil ke ruang pengurus pada 19 Desember 2023 untuk dimintai keterangannya atas kasus pencurian uang yang banyak dituduhkan kepada dirinya.
“Pengurus turun tangan dengan menyidangkan korban. Ternyata ada pengakuan dari korban bahwa dia melakukan kesalahan itu,” tambahnya.
Mendapatkan pengakuan MAR, lanjut Wafa, pengurus pesantren menasihati MAR dan memintanya untuk tidak mengulang perbuatan yang sama.
Setelah itu, lanjutnya, kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren memasuki libur akhir tahun dan para santri baru kembali ke pondok untuk mengikuti kegiatan belajar mulai Selasa (2/1/2024).
Namun, kata Wafa, tidak disangka pada Selasa tengah malam terjadi pengeroyokan itu di salah satu ruangan yang ada di pondok pesantren oleh belasan santri tanpa sepengetahuan pengurus.
Baca juga: 17 Santri Tersangka Pengeroyokan di Blitar Tidak Ditahan, Polisi: Dapat Jaminan Keluarga
Wafa membenarkan bahwa pengeroyokan itu berkaitan dengan dugaan pencurian yang dilakukan MAR.
Ditanya apa yang memicu pengeroyokan, Wafa menolak menjawab dengan alasan detail kronologi kejadian merupakan ranah penyelidikan pihak kepolisian.
“Yang jelas, apapun alasannya, pengeroyokan itu tidak dapat dibenarkan dalam peraturan pesantren kami. Kami sangat menyesal hal itu terjadi. Ini musibah. Kami bertanggung jawab setidaknya secara moral,” tuturnya.
Wafa mengatakan bahwa pihaknya telah meminta maaf kepada keluarga korban dan merasakan duka cita yang mendalam.
“Musibah ini jelas menjadikan duka bagi kami karena korban adalah anak santri kami,” tuturnya.
Dia menambahkan bahwa pihak pengurus pondok pesantren telah melakukan upaya maksimal dengan mengawal proses perawatan medis terhadap korban.
Baca juga: Kisah Santri di Blitar Dikeroyok 17 Teman hingga Koma lalu Meninggal
Namun akhirnya MAR mengembuskan napas terakhir pada Minggu (7/1/2024). Pengasuh pondok Muhroji Azhar turut melayat korban dan menghantarkan hingga ke pemakaman.
“Untuk proses hukum di kepolisian, kami menghormati dan akan terus bersikap kooperatif,” tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, MAR menjadi korban pengeroyokan rekan-rekan sesama santri di Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq yang terletak di Kelurahan Kalipang, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar pada Selasa (2/1/2024) tengah malam.
Akibatnya, MAR mengalami kondisi koma karena luka di bagian kepala dan bagian tubuh lainnya. MAR dinyatakan meninggal dunia pada Minggu (7/1/2024) subuh.
Sehari kemudian, Senin (8/1/2024), Satreskrim Polres Blitar menetapkan 17 santri sebagai tersangka pengeroyokan terhadap MAR.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.