Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Santri Korban Pengeroyokan di Blitar Sempat Disidang Pengurus Ponpes

Kompas.com - 10/01/2024, 09:53 WIB
Asip Agus Hasani,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

KOMPAS.com – MAR (14), santri di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, yang meninggal pada Minggu (7/1/2024) setelah 4 hari dirawat di rumah sakit akibat pengeroyokan oleh rekan-rekannya, sempat disidang oleh pengurus pondok pesantren atas dugaan pencurian uang.

Juru bicara Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq, Wafa Bahrul Amin, mengatakan bahwa pengurus pondok pesantren turun tangan atas keluhan sejumlah santri yang mengaku kehilangan uang pada awal Desember lalu dengan cara “menyidang” MAR di ruang pengurus.

"Korban itu santri yang baik, sebenarnya. Namun manusiawi bahwa korban melakukan pelanggaran peraturan di pesantren,” ujar Wafa merujuk pada pelanggaran peraturan dalam bentuk mencuri, Selasa (9/1/2024).

Baca juga: 17 Santri Tersangka Pengeroyokan di Blitar Tetap Tinggal di Ponpes

Dia mengatakan bahwa MAR dipanggil ke ruang pengurus pada 19 Desember 2023 untuk dimintai keterangannya atas kasus pencurian uang yang banyak dituduhkan kepada dirinya.

“Pengurus turun tangan dengan menyidangkan korban. Ternyata ada pengakuan dari korban bahwa dia melakukan kesalahan itu,” tambahnya.

Mendapatkan pengakuan MAR, lanjut Wafa, pengurus pesantren menasihati MAR dan memintanya untuk tidak mengulang perbuatan yang sama.

Setelah itu, lanjutnya, kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren memasuki libur akhir tahun dan para santri baru kembali ke pondok untuk mengikuti kegiatan belajar mulai Selasa (2/1/2024).

Namun, kata Wafa, tidak disangka pada Selasa tengah malam terjadi pengeroyokan itu di salah satu ruangan yang ada di pondok pesantren oleh belasan santri tanpa sepengetahuan pengurus.

Baca juga: 17 Santri Tersangka Pengeroyokan di Blitar Tidak Ditahan, Polisi: Dapat Jaminan Keluarga

Wafa membenarkan bahwa pengeroyokan itu berkaitan dengan dugaan pencurian yang dilakukan MAR.

Ditanya apa yang memicu pengeroyokan, Wafa menolak menjawab dengan alasan detail kronologi kejadian merupakan ranah penyelidikan pihak kepolisian.

“Yang jelas, apapun alasannya, pengeroyokan itu tidak dapat dibenarkan dalam peraturan pesantren kami. Kami sangat menyesal hal itu terjadi. Ini musibah. Kami bertanggung jawab setidaknya secara moral,” tuturnya.

Wafa mengatakan bahwa pihaknya telah meminta maaf kepada keluarga korban dan merasakan duka cita yang mendalam.

“Musibah ini jelas menjadikan duka bagi kami karena korban adalah anak santri kami,” tuturnya.

Dia menambahkan bahwa pihak pengurus pondok pesantren telah melakukan upaya maksimal dengan mengawal proses perawatan medis terhadap korban.

Baca juga: Kisah Santri di Blitar Dikeroyok 17 Teman hingga Koma lalu Meninggal

Namun akhirnya MAR mengembuskan napas terakhir pada Minggu (7/1/2024). Pengasuh pondok Muhroji Azhar turut melayat korban dan menghantarkan hingga ke pemakaman.

“Untuk proses hukum di kepolisian, kami menghormati dan akan terus bersikap kooperatif,” tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, MAR menjadi korban pengeroyokan rekan-rekan sesama santri di Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq yang terletak di Kelurahan Kalipang, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar pada Selasa (2/1/2024) tengah malam.

Akibatnya, MAR mengalami kondisi koma karena luka di bagian kepala dan bagian tubuh lainnya. MAR dinyatakan meninggal dunia pada Minggu (7/1/2024) subuh.

Sehari kemudian, Senin (8/1/2024), Satreskrim Polres Blitar menetapkan 17 santri sebagai tersangka pengeroyokan terhadap MAR.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Balon Udara Jatuh dan Meledak di Rumah Warga Pacitan, 4 Orang Luka

Balon Udara Jatuh dan Meledak di Rumah Warga Pacitan, 4 Orang Luka

Surabaya
Mantan Kades Tersangka Korupsi Dana Desa di Situbondo Kembalikan Uang Rp 287 Juta

Mantan Kades Tersangka Korupsi Dana Desa di Situbondo Kembalikan Uang Rp 287 Juta

Surabaya
KPU Kota Madiun Tetapkan 30 Caleg Terpilih, Tak Ada Parpol yang Bisa Usung Sendiri Calon pada Pilkada 2024

KPU Kota Madiun Tetapkan 30 Caleg Terpilih, Tak Ada Parpol yang Bisa Usung Sendiri Calon pada Pilkada 2024

Surabaya
Pabrik Sepatu Pailit, Nasib 395 Buruh di Kabupaten Madiun Terkatung-katung karena Tunggakan Gaji Tak Kunjung Dibayar

Pabrik Sepatu Pailit, Nasib 395 Buruh di Kabupaten Madiun Terkatung-katung karena Tunggakan Gaji Tak Kunjung Dibayar

Surabaya
Motif Suami di Malang Aniaya Istri yang Hamil, Tak Terima Korban Bertemu Teman Masa Sekolah

Motif Suami di Malang Aniaya Istri yang Hamil, Tak Terima Korban Bertemu Teman Masa Sekolah

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Surabaya
2 Personel Kepolisian di Lamongan Diberhentikan dengan Tidak Hormat

2 Personel Kepolisian di Lamongan Diberhentikan dengan Tidak Hormat

Surabaya
Kisah Perjuangan Seorang Petani di Banyuwangi Kenalkan Metode Hitung Cepat untuk Pendidikan Anak-anak Desa

Kisah Perjuangan Seorang Petani di Banyuwangi Kenalkan Metode Hitung Cepat untuk Pendidikan Anak-anak Desa

Surabaya
Polisi Identifikasi Kelompok Anarko Saat Aksi May Day di Surabaya

Polisi Identifikasi Kelompok Anarko Saat Aksi May Day di Surabaya

Surabaya
Soal Dugaan ODGJ 'Dijual' di Jember, Camat: Tidak seperti Itu

Soal Dugaan ODGJ "Dijual" di Jember, Camat: Tidak seperti Itu

Surabaya
Mari Bantu Nenek Hotipah dan Putriya yang Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Tidur Beralaskan Tikar

Mari Bantu Nenek Hotipah dan Putriya yang Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Tidur Beralaskan Tikar

Surabaya
Golkar Siapkan Menantu Soekarwo untuk Pilkada Surabaya

Golkar Siapkan Menantu Soekarwo untuk Pilkada Surabaya

Surabaya
Sopir Mengantuk, Mobil Rombongan Keluarga dari Blora Terperosok ke Saluran Irigasi di Magetan

Sopir Mengantuk, Mobil Rombongan Keluarga dari Blora Terperosok ke Saluran Irigasi di Magetan

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com