SURABAYA, KOMPAS.com - Pihak kepolisian terus memantau rumah AHS (21), perempuan korban penganiyaan oleh pacarnya karena menolak aborsi. Hal ini untuk menjaga keamanan wanita tersebut.
Berdasarkan pantauan Kompas.com pada Rabu (25/10/2023), rumah korban yang berada di Kecamatan Semampir tampak sangat sepi. Hanya terlihat dua pria sedang duduk di seberang bangunan berwarna biru itu.
Seorang pria menggunakan atasan berwarna coklat, sedangkan temanya memakai kaus warna hijau. Mereka terlihat memandangi setiap orang yang melintas di sekitar rumah.
Baca juga: Wanita Surabaya Dianiaya dan Dicekoki Obat Aborsi oleh Pacarnya
Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Semampir Kompol Eko Adi Wibowo membenarkan bahwa pihaknya selalu memantau rumah AHS untuk menjaga keamanan penghuninya. Petugas kerja sama dengan pihak RT untuk selalu melihat kondisi rumah korban.
"Dipantau atau patroli, dan kerja sama dengan RT, karena keterbatasan personel," kata Eko, ketika dikonfirmasi melalui pesan, Rabu (26/10/2023) malam.
Baca juga: Ayah Tiri yang Cabuli Anak di Surabaya Jadi Tersangka
Selain itu, Eko meminta agar korban dan keluarganya segera mendatangi Mapolres Pelabuhan Tanjung Perak apabila ada tekanan atas insiden penganiayaan itu.
"Kalau ada kejadian darurat telepon Bhabinkamtibmas dan Babinsa. Monggo kalau mau menghubungi," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, AHS (21) jadi korban penganiayaan oleh oleh pacarnya, FA (18) warga Sampang, Madura. Awalnya, FA mengajak bertemu di lapangan Kenjeran pada Minggu (22/10/2023).
"Janjian betemu FA, di tanah lapang di Kenjeran, daerah Suramadu. Kita membicarakan arah hubungan dan kelangsungan nasib janin," kata AHS ketika ditemui di rumahnya, Selasa (24/10/2023).
Kemudian, kata korban, FA memintanya masuk ke dalam mobil yang sudah berisi temanya, AB dan AM. Pacarnya mengintimidasi agar janin yang baru berusia satu bulan itu digugurkan.
"Saya ingin janin tetap hidup, mau bagaimana pun ini anak saya. Dari situ saya diseret ke dalam mobil dicekoki obat penggugur ada tiga jenis," jelasnya.
Lalu, AM yang mengendarai mobil tersebut langsung membawanya menuju ke wilayah Madura. Tak hanya itu, korban mengalami penganiayaan selama berada di dalam kendaraan.
Korban bahkan sempat diancam akan diperkosa oleh kekasih dan teman-temanya tersebut. Sebab, perempuan itu tetap enggan menggugurkan janin yang tengah dikandungnya.
"Saya dicekik, ditendang di bagian perut. Lalu dipukuli juga sempat diancam dengan sajam dari Surabaya-Madura di mobil enggak berhenti sama sekali," ucapnya.
Korban akhirnya menuruti kemauan pacarnya itu untuk menggugurkan kandungnya. Emosi para pelaku pun mereda, hingga membawa mobilnya ke kolong Jembatan Suramadu.
Korban langsung menunggu momentum untuk melarikan diri, ketika para pelaku lengah. Akhirnya, dia mendapatkan kesempatan dan langsung meminta bantuan pengendara yang melintas.
"Setelah saya teriak itu, saya langsung pingsan, saya enggak ingat. Yang saya ingat saya sudah tergeletak di kolong Jembatan Suramadu ditolongi para pedagang di sana," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.