SITUBONDO, KOMPAS.com - Tim Cagar Budaya Yayasan Museum Balumbung (TCB YMB) Situbondo menemukan patung kepala Buddha yang diperkirakan berusia 700 tahun di area Situs Mellek, Desa Banyuputih, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur.
Temuan benda tersebut diklaim peninggalan dari sejarah kehidupan masyarakat Buddha di Kerajaan Majapahit abad ke-13. Artefak ditemukan ketika tim cagar budaya melakukan eksplorasi Situs Mellek pada 24 Juni 2023.
Ukuran artefak kepala Buddha yang ditemukan memiliki tinggi 4,5 sentimeter dengan lebar 1 sentimeter. Ditemukan di kedalaman 1,6 meter dari permukaan tanah.
"Penemuan artefak kepala Buddha kecil tersebut bukti eksistensi masyarakat penganut Buddha di Kabupaten Situbondo dan artefak tersebut diperkirakan dari 700 tahun yang lalu yakni abad ke-13. Di lokasi ini dulu tercatat sebagai Kadipaten Balumbung salah satu wilayah Kerajaan Majapahit," kata Ketua TCB YMB Situbondo Irwan Kurniadi kepada Kompas.com via telepon, Selasa (27/6/2023).
Baca juga: Mayat Pria Ditemukan di Pantai Tampora Situbondo, Ada Ceceran Darah di Dekatnya
Dia juga menyatakan, patung kepala Buddha tersebut berasal dari tanah liat yang mengeras dan belum terurai. Sekarang, benda tersebut diletakkan di Museum Balumbung untuk diamankan dan sudah dilaporkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Situbondo.
Eksplorasi Situs Mellek tersebut diagendakan seminggu sekali. Banyak temuan yang berkaitan dengan sejarah kuno di tempat tersebut. Sehingga, pihaknya menetapkan Situs Mellek masuk dalam objek diduga cagar budaya (ODCB).
Baca juga: Penjaga Tambak Tewas Terkubur Lumpur di Situbondo, Diduga Korban Pembunuhan
"Di Situs Mellek juga terdapat batu bata kuno yang telah kami jaga supaya terhindar dari kerusakan," katanya.
Menurutnya, masih banyak objek di Situs Mellek yang perlu diamankan tentang potensi peninggalan zaman kerajaan kuno. Namun, ada beberapa tempat yang sekarang rusak akibat penambangan pasir dan batu.
"Sebenarnya kalau mau diekskavasi bisa, namun tergantung dari pihak pemerintah daerah, dan kegiatan kami ini bukan ekskavasi tetapi survei permukaan sebagai agenda rutinan," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.