Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teriakan "Puan Maharani Presiden" Menggema Saat Rapat PDI-P di Nganjuk

Kompas.com, 14 Agustus 2022, 15:11 WIB
Usman Hadi ,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

NGANJUK, KOMPAS.com – Pekik "Puan Maharani Presiden" menggema dalam rapat Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Kabupaten Nganjuk, di Kantor DPC PDI-P Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Minggu (14/8/2022).

Baca juga: Kecelakaan di Cianjur, Truk Tabrak 3 Mobil, 5 Sepeda Motor, dan Rumah, 5 Orang Tewas

Puan Maharani merupakan putri dari Ketua Umum (Ketum) PDI-P Megawati Soekarnoputri, yang kini menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI.

Baca juga: Jenazah Wanita di Mamuju Ditandu 13 Km Pakai Keranda karena Puskesmas Tolak Pinjamkan Ambulans

Teriakan "Puan Maharani Presiden" pertama kali terdengar dari Wakil Ketua Bidang Organisasi Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI-P Jawa Timur, Whisnu Sakti Buana.

Baca juga: Bersiap Safari Politik, Puan Maharani Bentuk Tim Advance

Whisnu meminta peserta rapat meneriakan "presiden" saat dirinya menyebutkan nama Puan.

“Puan Maharani!” teriak Whisnu.

“Presiden!,” jawab peserta rapat dengan kompak.

Ketua DPC PDI-P Kabupaten Nganjuk, Tatit Heru Tjahjono, mengatakan, teriakan "Puan Maharani Presiden" merupakan aspirasi dari kader PDI-P di Kabupaten Nganjuk.

Namun, meski hal itu merupakan keinginan dari kader, Tatit menyerahkan keputusan akhir ke DPP PDI Perjuangan.

“Apapun keputusan dari Dewan Pimpinan Pusat, DPC (PDI Perjuangan) Nganjuk ini siap untuk melaksanakan, tunduk, patuh pada aturan apa yang ditetapkan menjadi rekomendasi DPP,” tegas Tatit.

“Aspirasi dari kader seperti itu (mendukung Puan maju pilpres). Tapi sekali lagi kita tegak lurus dengan keputusan Dewan Pimpinan Pusat siapapun nanti yang direkomendasikan,” ujar pria yang juga menjabat Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Nganjuk tersebut.

Tak hanya diikuti kader DPC Nganjuk

Tatit menjelaskan, rapat kali ini diperluas tidak hanya diikuti anggota dan pengurus DPC PDI-P Kabupaten Nganjuk, tapi juga pengurus DPD PDI-P Jawa Timur dan DPP PDI-P.

Ini bertujuan untuk konsolidasi dan menentukan strategi pemenangan di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Sementara itu, Ketua Bidang Koperasi DPP PDI-P, Mindo Sianipar, yang hadir dalam rapat menyatakan, keputusan akhir calon presiden yang diusung PDI-P di Pilpres 2024 ada di tangan Ketum Megawati.

“Jadi begini, kalau ada permintaan dari warga, wajar saja toh. Tetapi buat PDI Perjuangan, keputusannya itu menurut kongres, itu diserahkan kepada Ibu Ketua Umum,” ujar Mindo seusai rapat.

Menurut Mindo, aspirasi yang menginginkan Puan maju di Pilpres tidak hanya datang dari kader PDI Perjuangan, tapi juga dari masyarakat umum. Namun sekali lagi, keputusan ada di Ketum.

“Itu Ibu (Megawati) dapat informasi tidak hanya dari kader partai loh, dari luar kader partai. Ingat loh, Ibu Mega pernah presiden loh, jaringan beliau sangat luas. Jadi percaya deh, tepat waktunya ibu akan putuskan,” ujar dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau