LUMAJANG, KOMPAS.com - Suasana Ramadhan umumnya dinikmati bersama dengan keluarga di rumah.
Santap sahur bersama, berbuka puasa pun bersama di satu meja makan yang sama.
Namun suasana indah semacam itu tak bisa dirasakan oleh para penyintas Semeru. Ramadhan tahun ini, mereka terpaksa menjalankan ibadah puasa di pengungsian.
Baca juga: Tradisi Mayoran, Makan Bersama Beralaskan Daun Pisang di Ponpes Darun Najah Lumajang
"Ini pertama kali puasa di pengungsian dan belum pernah kita sangka sebelumnya. Kalau ingat rumah ya sedih tapi juga masih trauma," kata Sulianto di pengungsian Desa Penanggal, Minggu (10/4/2022).
Tak seperti Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, para penyintas mesti merasakan suasana berbuka puasa di tenda pengungsian dan berbagi dengan orang yang sebelumnya tidak mereka kenal.
Namun, ternyata pengalaman itu menjadi berkah baru yang dirasakan penyintas.
Senasib dan seperjuangan tinggal dalam suasana panas dan dinginnya tenda pengungsian.
"Kalau dipikir hikmahnya, ini adalah berkah yang tidak terkira. Kita yang sebelumnya tidak saling kenal, akhirnya bisa kenal dan malah seakan jadi saudara di sini," tambahnya.
Baca juga: Ngabuburit ala Penyintas Cilik Semeru, Mengaji di Tenda Pengungsian
Nasi, sambal, ikan asin, daun singkong yang dikukus, dan sayur buah pepaya jadi menu buka puasa kali ini.
Tidak mewah memang, namun mereka nampak lahap dan sesekali bergurau akrab bagai keluarga dekat.
"Ini tadi sayurnya cari yang ada di daerah sini, kita masak bareng dan makan bareng, nikmatnya serasa ingat rumah," sahut Tari, salah seorang pengungsi lain.
Tentu mereka semua berharap agar tempat relokasi di Desa Sumbermujur lekas bisa ditempati sehingga bisa segera merasakan tempat berteduh yang aman dan nyaman bersama keluarga terkasih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.