SURABAYA, KOMPAS.com - Petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya spontan meninggalkan aktivitas apabila sirine panggilan penanganan sudah berbunyi.
Petugas damkar dikenal kecepatannya dalam menangani berbagai masalah, tidak hanya memadamkan api tetapi juga evakuasi hewan liar maupun mobil terperosok.
DPKP Pemkot Surabaya telah menetapkan batal maksimal petugas tiba di lokasi kebakaran hanya 6,5 menit. Otomatis, petugas dituntut serba cepat untuk bersiap dan meluncur.
Seorang tim rescue DPKP Surabaya, Abdul Aziz (33) mengaku sedang buang air besar di kamar mandi dan tiba-tiba sirine berdering. Ia langsung buru-buru meninggalkan toilet tanpa disiram.
Baca juga: Semangat Petugas Damkar Probolinggo, Pantang Pulang Sebelum Padam meski Status Masih Honorer
“Tinjanya belum saya siram, langsung lari yang penting sudah cebok. Endingnya disiram sama pak kepala,” kata Aziz disambut gelak tawa.
Setiap petugas yang sedang berjaga, mereka masing-masing mengantongi handy talky (HT) sebagai alat komunikasi dan koordinasi dalam tim apabila ada kejadian kebakaran atau lainnya. HT itu, bahkan wajib dibawa meskipun sedang beribadah.
Petugas rescue lainnya, Elfanio (34) bilang bahwa kadang panggilan kejadian kebakaran muncul saat mereka sedang shalat. Mereka terpaksa membatalkan shalat dan lari sekencang mungkin.
“Kalau shalat Jumat di masjid, kami selalu mengambil barisan paling belakang. Jadi kalau ada panggilan langsung bisa lari,” ucap Elfanio.
Baca juga: Cerita Dayat 30 Tahun Jadi Petugas Damkar Situbondo, Evakuasi Buaya yang Paling Ekstrem
Tidak jarang saat petugas sedang bersantai rebahan atau menikmati lezatnya mie instan yang baru saja disajikan tapi tiba-tiba sirine panggilan kejadian berdering.
“Kadang pas enak-enak lagi makan atau ngopi ya sudah langsung ditinggal. Kalau makannya sempat dibawa ya kita makan sebisanya di mobil. Kadang ini sampai gak jelas bentuknya karena lupa diminum setelah ditinggal,” celetuknya.
Bahkan, saat bulan ramadhan, menangani kejadian kebakaran akan lebih diutamakan ketimbang lebih dulu membatalkan puasa saat sudah memasuki waktu berbuka.
Api tak bisa ditunggu, tapi lapar bisa ditahan.
“Waktu bulan puasa, ada kebakaran di Mall Tunjungan. Kami tahan sampai proses penanganan selesai baru buka puasa atau makan seadanya di mobil,” ujarnya.
Baca juga: Viral Aksi Petugas Damkar Sidoarjo Evakuasi Ular dari Kamar Tidur Warga, Butuh 1 Jam
“Kami bahkan baru batalin puasa jam 11 malam waktu itu,” timpal Viki, petugas rescue lainnya.
Hal itu dilakukan oleh petugas damkar karena bagian dari tanggung jawab pekerjaan dan moral. Sebab, setiap unit telah dibagi untuk jadwal jaga petugas.
Viki bilang, meski petugas mendapat banyak tekanan baik di kantor maupun di lapangan oleh banyak pihak, mereka ingin melaksanakan tugas dengan tenang.
“Karena mindset kita kalau kerja itu niatnya seperti main. Jadi enjoy ketemu teman, percaya diri dan nyaman aja,” pungkasnya
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang