SUMENEP, KOMPAS.com – Meski program Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah berjalan 10 bulan, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, tidak memiliki target kapan seluruh siswa dapat menerima menu tersebut.
Sebab, keterlambatan itu bergantung pada kesiapan mitra dalam menyiapkan sarana dan prasarana sebelum proses verifikasi administrasi dan kelayakan dilakukan.
Koordinator Wilayah SPPG Sumenep, M. Kholilur Rahman, mengeklaim, Dapur MBG di 27 kecamatan, baik daratan maupun kepulauan, sudah terbentuk.
Meski demikian, pembangunan dapur belum merata karena ada yang baru mencapai 50 persen dan ada yang sudah 80 persen.
“Kalau mitra cepat membangunnya, cepat juga makanan distribusinya,” kata Kholilur kepada Kompas.com, Jumat (14/11/2025).
Baca juga: Diungkap, 300 Ruang Kelas SD Negeri di Sumenep Rusak
Kholilur menambahkan, pembangunan dapur tidak seragam. Sebab semua tergantung kesiapan mitra masing-masing.
“Pembangunan cepat, bisa satu bulan, bisa dua bulan,” tambah dia.
Kholilur juga enggan menunjukkan dan memastikan berapa jumlah siswa yang sudah menerima menu MBG, baik di daratan maupun kepulauan.
Selain itu, dirinya menjelaskan bahwa pihaknya tidak menyimpan data rinci mengenai sekolah mana saja yang telah menerima menu MBG.
Menurut dia, SPPG hanya memegang jumlah penerima per wilayah tanpa rincian sekolah. Namun begitu belum bisa ditunjukkan.
Baca juga: Ruang Kelas SD Negeri di Kangean Sumenep Ambruk, Kepsek Bingung Cari Lokasi Sementara
Sebelumnya, Dinas Kesehatan P2KB mencatat, hingga awal Oktober 2025 sudah ada 12 SPPG yang mengajukan permohonan SLHS.
Meski begitu, hingga kini belum ada satu pun SPPG yang berhasil memperoleh sertifikat tersebut.
“Kalau dari awal tidak siap, tentu berisiko besar bagi kesehatan siswa,” jelas Seksi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja Olahraga (Kesling dan Kesjaor) Dinas Kesehatan, P2KB Sumenep, Mulyadi.
Menurut Mulyadi, pemeriksaan laboratorium akan diulang jika hasil awal menunjukkan menu makanan belum memenuhi standar kesehatan atau berpotensi menimbulkan keracunan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang