SUMENEP, KOMPAS.com – Setiap kebijakan baru Pemerintah hampir selalu melahirkan cerita berbeda di lapangan, termasuk yang terjadi di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang menyasar siswa sekolah dasar, misalnya, bukan hanya membawa manfaat bagi anak-anak, tetapi juga menghadirkan dinamika baru bagi para guru.
Salam, guru seni dan budaya di SD Negeri 1 Kalowang, Kecamatan Gayam, Pulau Sepudi, menceritakan, perubahan mulai terasa sejak program MBG berjalan sebulan terakhir.
Baca juga: Anak-anak di Pelosok Desa Kepulauan Meranti Belum Merasakan MBG
Dia mengaku senang murid-murid mendapatkan tambahan nutrisi setiap hari. Namun, ada hal lain yang tak terlihat yang juga harus dihadapi para pendidik.
“Terutama kelas I dan kelas II, anak-anak itu harus dibantu agar tertib. Datangnya MBG kan sekitar jam 09.00 atau 09.30 WIB,” kata Salam memulai ceritanya, Selasa (14/10/2025).
Biasanya, lanjut Salam, para guru memiliki waktu istirahat sekitar 30 menit. Namun sejak MBG hadir, waktu itu nyaris hilang.
Proses menyiapkan menu, membagikan kepada murid, hingga memastikan mereka makan dengan tenang, seringkali memakan waktu lebih lama dari jam istirahat.
Baca juga: Satgas MBG Blora Akan Laporkan Kekurangan Ahli Gizi ke Badan Gizi Nasional
“Kadang nasi tumpah, ada yang rebutan. Harus dibersihkan, harus diarahkan. Satu guru bisa tidak istirahat sama sekali,” tambah dia
Bukan hanya soal lelah fisik, Salam juga menyebut ada dampak pada jam belajar. Setelah makan bersama, kelas sulit langsung kembali fokus. Waktu pelajaran pun ikut mundur.
“Kalau sudah makan bareng, jam pelajaran terganggu. Karena selesai makan itu tidak langsung tenang, butuh waktu lagi,” kata dia.
Meski begitu, Salam memahami tujuan program ini, yakni anak-anak tidak lagi belajar dalam keadaan lapar.
Baca juga: Dari Blora untuk Nasional: Program MBG Butuh Evaluasi Distribusi Ahli Gizi
Namun dia berharap, beban ekstra bagi guru juga dipertimbangkan. Sebab di ruang-ruang kelas terpencil seperti di Pulau Sepudi, guru bukan hanya pengajar, tapi pun pengasuh, pengatur, sekaligus penjaga harian bagi murid-muridnya.
“Anak-anak senang, kami pun ikut senang. Hanya saja, mungkin perlu ada bantuan tenaga atau pengaturan waktu, agar semua bisa berjalan lebih baik,” harap dia.
Pernyataan Salam diamini oleh Sekretaris Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) Kecamatan Gayam, Moh. Rusdi.
Menurut Rusdi, program MBG memang membawa semangat baru, tetapi juga menambah beban tugas harian guru.
Baca juga: Pemkab Bogor Genjot Pembangunan 570 Dapur MBG, 230 Sudah Beroperasi