Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Tim SAR Menyesal karena Tak Bisa Selamatkan Santri dari Reruntuhan Ponpes Al Khoziny

Kompas.com, 13 Oktober 2025, 22:43 WIB
Andhi Dwi Setiawan,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Anggota Tim Rescue Damkar Surabaya masih mengingat sejumlah peristiwa yang terjadi selama penyelamatan korban ambruknya mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.

Salah satunya, Elvanio Santosa yang masih menyesal karena tidak bisa menyelamatkan seorang santri yang terjebak di reruntuhan.

Saat itu, dia tengah berada di sektor A2 tempat kejadian.

Baca juga: Daftar 55 Nama Korban Ponpes Al Khoziny Sidoarjo yang Teridentifikasi

"Waktu itu kita buat gorong-gorong, karena enggak bisa sembarangan bongkar balok, makanya kita cari aman lewat bawah," kata Elviano di Mako Damkar Pasar Turi Surabaya, Senin (13/10/2025).

Elviano menyebut, gorong-gorong itu untuk mengeluarkan tiga korban yang tubuhnya masih terjepit bongkahan beton. Akhirnya, petugas berhasil mengeluarkan dua santri dari reruntuhan tersebut.

"Nah ini satu korban lagi kondisinya parah, statusnya merah kita beri oksigen terus enggak berhenti, kalau menipis langsung kita ganti. Kemudian pas ini ada insiden yang bikin sedih," ujarnya.

Baca juga: Haikal Sempat Rekam Lantunan Zikir Sebelum ke Ponpes Al Khoziny, Ayah: Semoga Jadi Amal Jariyah

Ketika itu, Elviano yang masih terus memberikan bantuan oksigen pun merasa reruntuhan bergerak. Dia bersama petugas lainnya bergegas untuk keluar untuk menyelamatkan diri.

"Setelah dirasa aman saya masuk lagi, rekan saya cek kondisi korban, tangan sudah dingin, nadi di leher enggak terasa dan dinyatakan negatif. Padahal sebelumnya masih ada harapan," jelasnya.

Elviano sendiri sampai sekarang masih merasa kecewa karena tidak bisa menyelamatkan santri tersebut. Di sisi lain, dia sudah melakukan tugasnya secara maksimal untuk mengevakuasi.

"Dikata gagal ya gagal, dibilang kita sudah maksimal ya sudah maksimal, itu memang yang bikin saya sedih. Kita sudah buat gorong-gorong, suplai oksigen, tapi korban meninggal," ucapnya.

Sementara itu, Anggota Tim Rescue Damkar lain, Abdul Aziz mengaku, masih teringat rintihan para santri. Hal tersebut didengarnya ketika pertama kali masuk ke reruntuhan mushala Ponpes Al Khoziny.

Awalnya, Aziz hanya diminta atasannya untuk mengecek kondisi di bawah reruntuhan tersebut. Agar nantinya, petugas dari Basarnas bisa melakukan proses evakuasi dengan aman.

"Waktu itu hari Senin, sudah gelap, suasananya sudah kacau sekali. Pas saya masuk sudah ada jenazah, rintihan bilang sakit, minta tolong itu banyak, ada sekitar 5 suara," kata Aziz.

Setelah mendengar ada beberapa teriakan korban minta tolong di sekitar tempatnya masuk, Aziz langsung melaporkan temuannya tersebut kepada atasannya.

Diberitakan sebelumnya, Tim SAR gabungan bersama ahli konstruksi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya telah melakukan analisis penyebab runtuhnya mushala Ponpes Al Khoziny.

“Konstruksi bangunan yang utamanya empat lantai kemudian akibat ini jatuhnya adalah kegagalan konstruksi. Kemudian berubah menjadi tumpukan atau pancake model,” kata Kepala Subdirekturat Pengendali Operasi Bencana dan Kondisi Membayakan Manusia dari Direktorat Operasi Kantor Basarnas Pusat Emi Freezer, Rabu (1/10/2025).

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau