SURABAYA, KOMPAS.com - Anggota Tim Rescue Damkar Surabaya masih mengingat sejumlah peristiwa yang terjadi selama penyelamatan korban ambruknya mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.
Salah satunya, Elvanio Santosa yang masih menyesal karena tidak bisa menyelamatkan seorang santri yang terjebak di reruntuhan.
Saat itu, dia tengah berada di sektor A2 tempat kejadian.
Baca juga: Daftar 55 Nama Korban Ponpes Al Khoziny Sidoarjo yang Teridentifikasi
"Waktu itu kita buat gorong-gorong, karena enggak bisa sembarangan bongkar balok, makanya kita cari aman lewat bawah," kata Elviano di Mako Damkar Pasar Turi Surabaya, Senin (13/10/2025).
Elviano menyebut, gorong-gorong itu untuk mengeluarkan tiga korban yang tubuhnya masih terjepit bongkahan beton. Akhirnya, petugas berhasil mengeluarkan dua santri dari reruntuhan tersebut.
"Nah ini satu korban lagi kondisinya parah, statusnya merah kita beri oksigen terus enggak berhenti, kalau menipis langsung kita ganti. Kemudian pas ini ada insiden yang bikin sedih," ujarnya.
Baca juga: Haikal Sempat Rekam Lantunan Zikir Sebelum ke Ponpes Al Khoziny, Ayah: Semoga Jadi Amal Jariyah
Ketika itu, Elviano yang masih terus memberikan bantuan oksigen pun merasa reruntuhan bergerak. Dia bersama petugas lainnya bergegas untuk keluar untuk menyelamatkan diri.
"Setelah dirasa aman saya masuk lagi, rekan saya cek kondisi korban, tangan sudah dingin, nadi di leher enggak terasa dan dinyatakan negatif. Padahal sebelumnya masih ada harapan," jelasnya.
Elviano sendiri sampai sekarang masih merasa kecewa karena tidak bisa menyelamatkan santri tersebut. Di sisi lain, dia sudah melakukan tugasnya secara maksimal untuk mengevakuasi.
"Dikata gagal ya gagal, dibilang kita sudah maksimal ya sudah maksimal, itu memang yang bikin saya sedih. Kita sudah buat gorong-gorong, suplai oksigen, tapi korban meninggal," ucapnya.
Sementara itu, Anggota Tim Rescue Damkar lain, Abdul Aziz mengaku, masih teringat rintihan para santri. Hal tersebut didengarnya ketika pertama kali masuk ke reruntuhan mushala Ponpes Al Khoziny.
Awalnya, Aziz hanya diminta atasannya untuk mengecek kondisi di bawah reruntuhan tersebut. Agar nantinya, petugas dari Basarnas bisa melakukan proses evakuasi dengan aman.
"Waktu itu hari Senin, sudah gelap, suasananya sudah kacau sekali. Pas saya masuk sudah ada jenazah, rintihan bilang sakit, minta tolong itu banyak, ada sekitar 5 suara," kata Aziz.
Setelah mendengar ada beberapa teriakan korban minta tolong di sekitar tempatnya masuk, Aziz langsung melaporkan temuannya tersebut kepada atasannya.
Diberitakan sebelumnya, Tim SAR gabungan bersama ahli konstruksi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya telah melakukan analisis penyebab runtuhnya mushala Ponpes Al Khoziny.
“Konstruksi bangunan yang utamanya empat lantai kemudian akibat ini jatuhnya adalah kegagalan konstruksi. Kemudian berubah menjadi tumpukan atau pancake model,” kata Kepala Subdirekturat Pengendali Operasi Bencana dan Kondisi Membayakan Manusia dari Direktorat Operasi Kantor Basarnas Pusat Emi Freezer, Rabu (1/10/2025).
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang