Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagi, Dua Santri Asal Bangkalan Jadi Korban Ponpes Al Khoziny, Keponakan Bupati Belum Ditemukan

Kompas.com, 13 Oktober 2025, 10:10 WIB
Yulian Isna Sri Astuti,
Bilal Ramadhan

Tim Redaksi

BANGKALAN, KOMPAS.com - 2 santri asal Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur menjadi korban ambruknya mushala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.

Hingga kini, salah satu korban yang merupakan keponakan Bupati Bangkalan belum ditemukan.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bangkalan, M Zainul Qomar mengatakan dua korban yakni Syamsul Arifin (18) asal Desa Tlagah, Kecamatan Galis dan Ach Haikal Fadil Alfatih (12) Dusun Timur Leke, Desa Sendang Dajah, Kecamatan Labang.

"Untuk jenazah asal Galis sudah dikebumikan tadi malam dan jenazah asal Labang, dikebumikan pagi ini," ujar Zainul, Senin (13/10/2025).

Baca juga: 2 Jenazah Korban Tragedi Ponpes Al Khoziny Kembali Teridentifikasi, Total Sudah 53 Orang

Ia mengatakan, keduanya berhasil diidentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim melalui tes Deoxyribonucleic Acid (DNA) dan pemeriksaan medis.

"Dua korban berhasil diidentifikasi kemarin dan tadi malam langsung dibawa pulang ke keluarga," imbuhnya.

Selain itu, hingga kini masih terdapat dua santri asal Bangkalan yang masih belum teridentifikasi.

Dua santri tersebut yakni berasal dari Kecamatan Blega dan Kecamatan Geger.

"Dua yang masih belum ditemukan, salah satunya yaitu merupakan keponakan pak Bupati yang masih belum ditemukan hingga saat ini," pungkasnya.

Baca juga: Keharuan Keluarga Saat Identitas 2 Jasad Santri Ponpes Al Khoziny Teridentifikasi

Sebelumnya, terdapat 15 santri yang menjadi korban di Ponpes Al Khoziny asal Kabupaten Bangkalan yakni Alvan Ibrahimavic (14) asal Blega, dan Nuruddin (13) asal Desa Karang Gayam, Kecamatan Blega. Selain itu, Ahmad Rijalul Haq (16) asal Kecamatan Tragah. Dua terakhir yang teridentitikasi adalah Moh Royhan Mustofa (17) warga Kecamatan Kamal, dan Sulaiman Hadi (15) asal Kecamatan Modung.

Selain itu yakni M Maulidy Hasany Kamil (16) dan M Azam Alby Alfa Himam (17) asal Desa Karang Gayam, Kecamatan Blega, Moh Ubaidillah (17), warga Desa Karpote, Desa Blega dan Achmad Fathoni Abil Falaf (17), Desa Tagungguh, Kecamatan Tanjung Bumi serta Mohammad Anas Fahmi (15) asal Desa Banyuajuh, Kecamatan Kamal.

Tambahan lima korban lain yakni Imam Junaidi (16) asal Kecamatan Modung, Achmad Suwaifi (15) asal Kecamatan Blega dan M Haikal Ridwan (14) asal Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan dan Abdullah As Syadid (16) asal Desa Alas Kokon, Kecamatan Modung serta Moh Alfin Mutawaqqil Alallah (17) asal Desa Lomaer, Kecamatan Blega, Kabupaten Bangkalan.

Belasan santri asal Bangkalan tersebut diketahui ikut melaksanakan shalat ashar berjamaah di mushala Ponpes.

Namun, saat melaksanakan shalat, gedung tiga lantai itu ambruk dan menimpa tubuh para korban.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau