Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari WNA Rusia hingga DJ Bravy Turut Menikmati Sound Horeg di Malang

Kompas.com, 13 Oktober 2025, 07:23 WIB
Suci Rahayu,
Bilal Ramadhan

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com — “Yes, big surprise in Gampingan! More 1 million people. I walked 8-9 hours. So, I’m happy.”

Kalimat itu meluncur dari Miskha, kreator konten asal Rusia yang oleh warga dijuluki “duta sound horeg” kepada Kompas.com.

Dengan wajah semringah, ia mengaku takjub menyaksikan karnaval All In Gampingan 2025. Sebagai bukti bahwa budaya bisa berevolusi tanpa kehilangan akar.

Dari arak-arakan tradisional, parade kostum, hingga dentuman musik modern sound horeg, semuanya menyatu dalam satu semangat, yaitu kebersamaan.

Selama tiga hari berturut-turut, ia ikut hanyut dalam keramaian desa yang terletak di Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Baca juga: Kru Panggung Festival Sound Horeg di Pasuruan Tersetrum, Korban Tak Sadarkan Diri

Tidak hanya Miskha, musisi dan DJ asal Jakarta, DJ Bravy, juga hadir langsung di lokasi. Ia datang memenuhi undangan salah satu penggerak komunitas sound horeg, David Blizzard, saat check sound, Jumat (10/10/2025) malam.

“Ini pertama kali aku datang ke persiapan karnaval sound horeg. Ternyata seru banget dan teman-teman ramah-ramah di sini. Semoga teman-teman bisa terhibur. Saya excited datang ke sini dari Malang, ingin melihat sound di Indonesia seperti apa,” tuturnya.

Tradisi sejak tahun 2021

Suara dentuman bass memang bukan hal asing di Desa Gampingan, Kabupaten Malang. Acara ini sudah menjadi tradisi sejak tahun 2021 dan kini berkembang menjadi karnaval besar. 

Acara ini mampu menarik wisatawan dari berbagai kota, seperti Kediri, Jember, dan Banyuwangi. Bahkan, pengunjung mancanegara turut datang menyaksikan.

Suasana karnaval yang terselenggara setiap dua tahunan All in Gampingan menggunakan sound horeg yang berlangsung di Pagak, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (11/10/2025) malam.KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Suasana karnaval yang terselenggara setiap dua tahunan All in Gampingan menggunakan sound horeg yang berlangsung di Pagak, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (11/10/2025) malam.

Puncak acara digelar Sabtu (11/10/2025) malam dan selesai pada Minggu (12/10/2025) pagi yang menampilkan parade 20 truk Fuso sound system dari 20 peserta dari tiga dusun tersebut, yaitu Bumirejo, Krajan, dan Dempok, yang memamerkan tata suara dan pencahayaan megah sepanjang jalan utama desa.

“Yang ikut banyak dari anak sekolah sampai pemuda-pemuda desa sini. Ada yang ikut dua kali, siang karnaval pendidikan, malam ikut desa,” ujar Zahrotul, salah seorang pemuda dari Dempok.

Seperti diketahui, pada acara puncak, jalan utama berubah menjadi panggung terbuka.

Dentuman musik berpadu dengan sorotan lampu dan teriakan penonton yang saling bersahutan. Bagi warga, suara keras bukan gangguan, melainkan nyawa acara itu sendiri.

Baca juga: Diungkap, Cerita di Balik Perusakan Pagar Jembatan demi Sound Horeg di Jember

Meskipun dengan segala pro dan kontra, sound horeg di Gampingan telah menjelma menjadi bagian dari identitas masyarakat desa.

Bukan sekadar tradisi, melainkan cerminan cara baru warga desa mengekspresikan diri dengan meriah, tetapi tetap hangat dan penuh kebersamaan.

“Kalau karnaval tidak ada sound-nya tidak enak, kita peserta karnaval jadi kurang menarik. Memang ada yang bilang mengganggu, tapi bagi orang sini lumrah saja, malah senang,” ujar perempuan yang bekerja di bidang kontraktor itu.

“Kita sebagai orang lokal tetap akan mengadakan kegiatan ini. Kalau tidak suka, ya tidak apa-apa. Ini daerah kita sendiri,” sambungnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Surabaya
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
Surabaya
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Surabaya
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Surabaya
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Surabaya
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Surabaya
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Surabaya
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Surabaya
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
Surabaya
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau