SIDOARJO, KOMPAS.com - Suasana sedih bercampur tegang meliputi posko media center penanganan bencana reruntuhan mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.
Proses evakuasi pengangkatan material bangunan mushala Al Khoziny menggunakan alat berat dapat dipantau melalui rekaman langsung ditampilkan di layar media center.
Sejak layar itu dipasang pada Kamis (2/10/2025), keluarga tak henti-hentinya menonton, mengharap dengan cemas menanti kepastian kabar anak-anak mereka yang belum ditemukan.
Pukul 18.00 WIB, situasi sempat menegang. Sebagian keluarga mengerumuni media center menanyakan nasib anak-anak mereka kepada petugas Basarnas.
Baca juga: Polda Jatim Ambil DNA Keluarga Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
Keluarga khawatir karena sejak diturunkannya alat berat untuk mengangkat puing-puing bangunan pukul 11.30 WIB, belum ada satu pun korban ditemukan.
“Saya cuma kurang suka sama pekerjaannya. Menurut saya lambat banget, kami ingin cepat. Kalau gak gitu kami saja semua yang turun untuk bantu,” kata seorang perempuan yang menanti kabar adiknya.
Keluarga lainnya, seorang pria yang sejak hari Senin sudah menunggu kabar adiknya cukup emosional. Ia menuntut agar petugas bergerak cepat melakukan evakuasi.
“Adik saya di dalam sana, saya emosional pak. Kurang empat hari lagi akan selesai tapi saya kurang menerima."
"Kalau bisa tolong bantuannya sekiranya malam ini bisa keluar, memohon dengan sangat. Saya gak bisa membayangkan di sana seperti apa,” kata pria tersebut.
Keluarga pun sempat hendak menuju titik lokasi reruntuhan untuk membantu langsung proses evakuasi tapi Kepala Basarnas Surabaya, Nanang Sigit bersama jajaran Polri/TNI mencoba menenangkan keluarga.
Baca juga: Khofifah Sebut Semua Wali Santri Setuju Pakai Alat Berat untuk Evakuasi Korban Ponpes Al Khoziny
Keluarga korban yang belum ditemukan tersebut pun meminta maaf kepada petugas karena terbawa emosi. Maklum, perasaan mereka cemas dan khawatir.
Terpisah, Kepala Subdirektorat Pengendali Operasi Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia dari Direktorat Operasi Kantor Basarnas Pusat, Emi Freezer belum dapat memastikan estimasi waktu proses evakuasi.
“(Apakah berlangsung selama 24 jam), kami optimalkan. Tapi yang jelas proses evakuasi berlanjut,” kata Freezer kepada Kompas.com, Kamis (2/10/2025).
Tim SAR gabungan akan berusaha semaksimal mungkin dalam proses evakuasi.
“Kita ingin mengejar hasil yang lebih cepat tetapi dampaknya tidak hanya pada keselamatan personal tapi aktivitas kita,” ujarnya.
Freezer mengatakan proses evakuasi pada malam hari cukup riskan sehingga perlu dilakukan dengan penuh kehati-hatian karena cahaya mempengaruhi pandangan menjadi terbatas.
“Kita tidak ingin terjadi apa yang namanya secondary collapse atau istilah itu runtuhan susulan. Karena kita melihat dari struktur runtuhannya tidak beraturan,” pungkasnya.
Diketahui, bangunan yang difungsikan sebagai mushala tiga lantai di area asrama putra Ponpes Al Khoziny Sidoarjo ambruk dan menimpa para santri saat sedang melakukan shalat Ashar sekitar pukul 15.00 WIB, Senin (29/9/2025).
Baca juga: Cara Kerja Proses Pengangkatan Reruntuhan Mushala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
Berdasarkan analisis tim SAR gabungan, penyebab ambruknya bangunan adalah kegagalan konstruksi akibat ketidakmampuan menahan beban dari kapasitas seharusnya.
Dari 108 korban yang tercatat, 18 di antaranya berhasil dievakuasi petugas SAR gabungan. Kemudian 5 dinyatakan meninggal dunia dan 103 orang selamat.
Diduga, 59 orang masih dalam daftar pencarian.
Sejumlah korban masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Notopuro Sidoarjo, Rumah Sakit Siti Hajar, Rumah Sakit Delta Surya, serta rumah sakit lain terdekat.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang