SIDOARJO, KOMPAS.com - Tim SAR gabungan mulai mengerahkan alat berat, crane, untuk mengevakuasi reruntuhan mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.
Memasuki hari keempat penanganan insiden reruntuhan bangunan mushala tiga lantai Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, proses ini memasuki fase krusial.
Tidak ada tanda-tanda kehidupan yang terdeteksi.
Alat-alat berat mulai dikerahkan untuk mengangkat reruntuhan bangunan.
“Alat berat lima unit yang cocok untuk evakuasi gedung runtuh yang ada korban manusia. Tapi jangan sampai ngawur, kita tidak menggunakan bulldozer,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, Kamis (2/10/2025).
Baca juga: Evakuasi Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Beralih Menggunakan Alat Berat
Meski menggunakan alat berat untuk proses evakuasi, tim SAR gabungan tetap berhati-hati saat mengangkat material-material bangunan yang runtuh.
Pengangkatan balok dimulai pukul 11.30 WIB.
“Jadi crane untuk mengambil balok-balok dengan diawasi oleh orang-orang, nanti ada juga video CCTV-nya bisa dilihat,” ucap dia.
Setelah puing-puing bangunan berhasil diangkat, material tersebut akan dimasukkan ke dalam 30 dump truck yang sudah disiapkan.
Apabila di balik reruntuhan tersebut ditemukan jenazah, langsung akan dimasukkan ke kantong jenazah untuk segera dibawa ke rumah sakit.
“Kami siapkan antisipasi 300 kantong jenazah dan ambulans 30 unit. Jadi, kalau satu orang perlu dua kantong, kita siapkan,” ujar dia.
Suharyanto belum dapat memastikan kapan operasi evakuasi dinyatakan tuntas.
Namun, ia sudah memastikan area TKP reruntuhan telah steril.
“Bahkan, mohon maaf, untuk memperkecil aroma (anyir), misalnya sebelum masuk tim sudah kita semprot agar tidak mengganggu bagi yang lain,” kata dia.
Baca juga: Evakuasi Korban Ponpes Al Khoziny, BNPB: Tak Ditemukan Tanda Kehidupan Lagi
Tim yang diterjunkan selama proses evakuasi pengangkatan reruntuhan juga dipilih dengan kualifikasi tertentu dan dipimpin langsung oleh Komandan Kodim.