MALANG, KOMPAS.com – Sebuah rumah kecil di gang sempit di Kelurahan Turen, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Kamis (2/10/2025), tampak sepi.
Dari kejauhan, tidak ada pembeda rumah berukuran sekitar 7x12 meter itu dengan rumah-rumah lainnya.
Satu-satunya pembeda yang mencolok adalah adanya mural topeng malangan sekaligus figur garuda di dinding depan rumah tersebut.
Baca juga: Mengintip Geliat Perajin Batik Kediri, Kolaborasi dan Kreasi agar Tetap Eksis
Ya, rumah itu adalah galeri Batik Bambu Kenanga, salah satu galeri batik milik salah satu pengrajin setempat, Sri Wdjayanti.
Masuk ke dalam rumah, kita langsung akan disuguhkan puluhan kain batik dengan berbagai macam motif yang dipajang di gawangan.
Namun, motif batik yang dipajang di sini berbeda dengan motif batik dari Solo maupun Pekalongan, batik buatan Sri memiliki khas tersendiri, yakni motif bambu kenanga, perpaduan motif pohon bambu dan bunga kenanga.
Baca juga: Batik Maluang, Warisan Berau yang Tembus Pasar Nasional
“Motif ini menjadi ciri khas kami, terinspirasi dari destinasi wisata di sini, yakni Bonpring, kami padukan dengan motif bunga kenanga,” ungkap Sri saat ditemui.
Tidak hanya motif bambu kenanga yang menjadi ciri khas pribadinya, Sri juga memproduksi motif batik Garudeya, motif batik khas Kabupaten Malang, yang terinspirasi dari salah satu relief di Candi Kidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.
“Motif Garudeya inilah yang kerap dicari di sini. Karena memang batik khas Kabupaten Malang, sehingga pegawai pemerintah banyak memesan motif ini untuk digunakan sebagai seragam,” jelasnya.
Batik motif garudeya sendiri, saat ini tengah didaftarkan hak patennya oleh Pemerintah Kabupaten Malang, sebagai motif batik khas Kabupaten Malang.
Sri menceritakan, motif garudeya sendiri terbilang belum lama disepakati sebagai motif batik khas Kabupaten Malang. Kesepakatan itu terjadi beberapa tahun belakangan, sebagai upaya memperkuat identitas motif batik Kabupaten Malang.
“Akhirnya, para pengrajin batik yang tergabung dalam paguyuban mengusulkan motif garudeya ke Pemerintah Kabupaten Malang, sebagai motif batik khas Kabupaten Malang,” bebernya.
Alhasil, usulan itupun disambut baik oleh Pemerintah Kabupaten Malang, hingga menjadi seragam wajib bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Kabupaten Malang.
“Motif seragam batik ASN Kabupaten Malang, pasti motifnya garudeya,” jelasnya.
Sri menyebut, pengrajin batik di Kabupaten Malang terus menunjukkan kemajuan seiring berjalannya waktu. Hal itu, menurut Sri, tidak lepas dari besarnya dukungan Pemerintah Kabupaten Malang kepada pengrajin batik.
“Dukungan nyata Pemerintah Kabupaten Malang, yakni mereka mewajibkan semua instansi membeli batik untuk seragam di setiap pengrajin lokal. Hal itu, sangat kami apresiasi,” ujarnya.
Sehingga, ibu dari dua anak itu pun optimis, stabilitas bisnis pengrajin batik di Kabupaten Malang akan terus terjaga.
Sementara, untuk keberlanjutan dan kelestarian batik di Kabupaten Malang, Sri pun juga optimis pengrajin batik akan terus bertumbuh. Sebab, menurutnya sekolah-sekolah di wilayah Kabupaten Malang juga memasukkan mata pelajaran khusus membatik.
“Melalui pelajaran itu, maka secara otomatis para siswa setidaknya akan mengenal batik. Tinggal bagaimana kita memberi jaminan kemajuan pada industri batik itu sendiri,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang