SDN di Jember: Bantuan Chromebook Era Nadiem Makarim Turun Pada 2022 Tapi Baru Dipakai Tahun Lalu

JEMBER, KOMPAS.com - SDN Banjarsengon 02 di Kecamatan Patrang, Jember, Jatim baru memakai Chromebook pada tahun lalu, sejak bantuan turun pada 2022.

Bantuan Chromebook ini diserahkan saat era Menteri Pendidikan Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim.

Baca juga: Eri Cahyadi: Bantuan Chromebook Era Nadiem Makarim pada 2022 Kita Tolak Karena Ada yang Tidak Sesuai

Kepala Sekolah SDN Banjarsengon 02 Guntur Bayu Wibisono mengatakan, dua tahun ajaran Chromebook baru dimanfaatkan sepenuhnya sejak ia menjabat tahun kemarin.

Sebelumnya, 15 Chromebook itu berjajar rapi di lemari dan jarang terpakai.

"Ada komputer juga jarang kepakai dan saya berpikiran bahwa kalau ini tidak digunakan setiap hari maka akan ada error di situ dalam perangkat-perangkat digitalnya," kata Guntur saat ditemui, Jumat (26/9/2025).

Baca juga: Kepala SMAN 4 Bangkalan: Chromebook Bantuan Era Nadiem Makarim Tidak Fleksibel, Sebagian Juga Sudah Rusak

Ia pun membuat konsep pembelajaran digital yang ditetapkan untuk kelas 5 dan 6.

"Mulai tahun 2024 bulan April kita start kelas digitalnya," ungkap Guntur.

Pihaknya pun menawarkan kepada para siswa dan orang tuanya mengenai itu, lantas membuat seleksi khusus dari siswa yang berminat.

Akhirnya, 15 Chromebook merk Axioo dan 7 komputer itu bisa termanfaatkan dalam dua tahun ajaran ini.

Nyaris setiap hari perangkat elektronik itu digunakan oleh para siswa di dalam kelas untuk proses pembelajaran.

"Yang paling penting bagaimana di dalam pembelajaran digital anak-anak dapat mengoperasikan perangkat digital," kata alumnus Magister di IKIP Budi Utomo Malang.

Baca juga: Kepala SMAN 4 Mataram: Fitur Chromebook Bantuan Era Nadiem Makarim Minim, Tak Bisa Dipakai untuk Mapel TIK

Tiap penugasan pun dibuat melalui Chromebook menggunakan platform yang sudah tersedia di Google.

Dia pun menaikkan kuota jaringan internet sekolah untuk menunjang performa pembelajaran digital.

Guru asal Kecamatan Jenggawah itu menyebutkan, ada 40 siswa yang masuk dalam kelas digital, sehingga Chromebook dan komputernya pun tentu kurang.

"Selebihnya ada yang membawa laptop sendiri dan HP dari rumah," tuturnya.

Menurutya, para wali siswa tersebut sangat mendukung proses pembelajaran digital dan punya kemauan sendiri untuk memfasilitasi anak-anaknya laptop.