Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hilang 3 Pekan di Gunung Arjuno, Pendaki Asal Malang Ditemukan Tewas Membusuk

Kompas.com, 21 September 2025, 20:14 WIB
Moh. Anas,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

PASURUAN, KOMPAS.com - Pencarian Aji Santoso (42), seorang pendaki asal Malang yang dilaporkan hilang sejak akhir Agustus 2025, berakhir tragis.

Ia ditemukan dalam kondisi meninggal dunia dan telah membusuk di sebuah jurang curam di kawasan Gunung Arjuno, Sabtu (20/9/2025).

Baca juga: Tour Leader Pendakian Gunung Semeru Di-blacklist 5 Tahun akibat Bawa Pendaki Ilegal

Awalnya, petani Desa Tambaksari, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur menemukan sosok mayat mengenaskan di jurang Gunung Arjuno.

Kondisi mayat sudah membusuk dan tidak dikenali.

Diduga korban tidak menggunakan jalur pendakian resmi karena tidak berada di pos pendakian setempat.

Kapolsek Purwodadi Iptu. Sugiardi Prihanto mengatakan, lokasi ditemukannya korban berada di medan yang curam dengan kemiringan 90 derajat dan berjarak 200 meter dari jalur pendakian Kali Glendang, Petung Ombo, wilayah hutan Watu Kursi, Dusun Gunung Malang, Desa Tambaksari, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan.

"Mayat itu ditemukan pada Sabtu (20/09/2025) oleh warga yang hendak pergi ke hutan mencari kopi setelah mencium bau tak sedap. Kemudian melaporkan ke pos pendakian," terangnya, Minggu (22/09/2025).

Selanjutnya, petugas dari pos pendakian melaporkan ke Polsek Purwodadi dan pihak pukesmas setempat melakukan evakuasi terhadap sosok mayat tersebut.

Dari pemeriksaan awal, kondisi mayat tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan dan langsung dibawa ke RS. Bhayangkara, Porong, Sidoarjo.

"Awalnya, identitas korban masih tidak diketahui. Setelah beberapa warga mengabarkan ke sejumlah pihak, diketahui bahwa mayat diketahui identitasnya yakni Aji Santoso (42) warga Dusun Sumberawan, Desa Toyomarto, Kecamatan Singgosari, Kabupaten Malang," jelasnya.

Baca juga: Pendaki Gunung Batukaru Bali Dievakuasi karena Alami Kram Kaki

Lebih lanjut, Sugiardi menjelaskan korban sudah berpamitan ke Gunung Arjuno pada Jumat (29/08/2025) lalu seorang diri.

Korban diduga tidak melalui jalur semestinya karena tidak terdaftar di pos pendakian.

Sedangkan dari hasil pemeriksaan atau visum luar tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada mayat. Pihak keluarga langsung meminta agar jenazah segera dibawa pulang.

“Menurut keterangan keluarga, kebiasaan korban memang sering mendaki gunung," pungkasnya.

Atas kejadian itu, pihak kepolisian juga mengimbau bagi warga yang ingin mendaki Gunung Arjuno diharapkan melaporkan diri ke pos pendakian dan mendaki pada jalur yang tepat.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau