SURABAYA, KOMPAS.com - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi berperan sebagai Residen Sudirman dalam gelaran teatrikal kolosal “Surabaya Merah Putih” di Jalan Tunjungan, Surabaya pada Minggu (21/9/2025).
Teatrikal tersebut diadakan sebagai bentuk peringatan Hari Tunjungan yang jatuh pada 19 September.
Untuk mengenang peristiwa perobekan bendera di Hotel Yamato, Surabaya, yang kini berubah nama menjadi Hotel Majapahit.
Baca juga: Kisah dari Laut ke Dapur Nusantara, Perajin Terasi Kenjeran Surabaya Setia Warisan Keluarga
Pantauan Kompas.com sejak pukul 07.00 WIB masyarakat Surabaya telah memadati sepanjang Jalan Tunjungan untuk menyaksikan teatrikal tersebut.
Dalam pertunjukan tersebut, Eri turut bergabung memerankan Residen Sudirman yang membacakan amanat dari Presiden untuk mengibarkan bendera merah putih tanggal 1 September sampai 31 Desember 1945.
“Arek Suroboyo tahu bahwa mati lebih baik daripada dijajah lagi!,” ucap Eri saat bermain dalam teatrikal itu.
Dalam parade tersebut Eri bersama istri, Rini Indriyani yang membacakan puisi saat momen tokoh Sidik gugur tertembak tentara Belanda.
Diketahui, Sidik merupakan salah satu pahlawan yang ikut berjuang dalam perobekan bendera merah putih biru di atas Hotel Yamato pada 19 September 1945.
Baca juga: Kasus Perundungan Siswa SD di Ketabang Surabaya, Wakil Wali Kota: Saya yang Jamin Keselamatan AP
Eri menuturkan bahwa pertunjukan yang digelar setiap tahunnya ini bertujuan agar masyarakat tetap mengingat momen bersejarah sebagai saksi perjuangan di Kota Surabaya.
“Seperti halnya bagaimana pengorbanan Cak Sidik, bagaimana pengorbanan seluruh masyarakat Surabaya saat itu. Ketika harus naik ke Hotel Yamato, merobek bendera biru menjadi merah putih,” tuturnya kepada awak media.
Selain itu, lanjutnya, teatrikal tersebut juga sebagai cerminan untuk menjadikan Surabaya penuh dengan kejujuran, serta cinta dan kasih sayang.
“Seperti yang tadi kita sampaikan, bahkan Presiden Soedirman menyampaikan juga.
Baca juga: Bandara Ahmad Yani Buka Rute Baru Semarang–Surabaya, Dukung Konektivitas Udara Jateng
Bagaimana harus menjaga kota Surabaya ini,” ujarnya.
Sementara adapun filosofi dari tema “Surabaya Merah Putih” yang dipilih tahun ini yakni tidak hanya sekadar pengibaran bendera merah putih, tetapi juga pengibaran kebersamaan, gotong royong, kekeluargaan, serta mengibarkan merdeka dari segala-galanya penjajahan.
“Mengibarkan penjajah berarti memerdekakan dari kemiskinan, memerdekakan dari kebodohan,” ucapnya.
Ia berharap melalui pagelaran tersebut dapat terus membakar semangat arek-arek Surabaya untuk terus bergerak bersama menjadikan Surabaya sebagai kota yang aman, nyaman, dan menyejahterakan warganya melalui gotong-royong.
“Sebab mengibarkan bendera merah putih bukan hanya secara fisik, tapi juga di dalam hati kita agar Surabaya bisa sejahtera,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang