MAGETAN, KOMPAS.com – Warga Desa Manisrejo, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, kembali mengeluhkan masalah debu yang dihasilkan truk pengangkut tebu menuju Pabrik Gula (PG) Poerwodadie.
Debu yang berterbangan membuat rumah-rumah di sekitar jalan lapangan kotor dan mengganggu aktivitas sehari-hari warga.
Siswanto, Ketua RT 02 RW 03 Desa Manisrejo, menjelaskan bahwa debu yang muncul selama musim giling PG Poerwodadie tidak hanya mengotori rumah, tetapi juga berdampak negatif pada kesehatan pernapasan warga.
Baca juga: Terdampak Debu Pabrik Gula, Warga Desa Manis Rejo Magetan Mengeluh Sesak Napas
“Debu itu masuk ke rumah semua. Bahkan kepala sekolah SD juga mengeluh karena mengganggu proses belajar. Kalau cuma disiram bukan solusi. Solusinya kalau tidak dipaving ya diaspal,” ujarnya saat ditemui di lokasi pengangkutan tebu, Senin (15/9/2025).
Selain masalah debu, warga juga mengeluhkan air buangan dari PG yang masih dalam kondisi panas dan dialirkan ke saluran pertanian.
Menurut Siswanto, kondisi ini merugikan ekosistem sekitar.
Ia mengaku telah melaporkan masalah tersebut kepada pihak perusahaan dan DPRD Magetan, namun hingga kini belum ada tindak lanjut.
“Empat bulan lalu kita juga sampaikan ke dewan, sampai sekarang belum ada tindakan,” imbuhnya.
Baca juga: Melihat Tradisi Manten Tebu di Pabrik Gula Tulungagung, Tanda Mulai Musim Giling
Warga berharap PG Poerwodadie tidak hanya memperhatikan lingkungan, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan masyarakat sekitar.
“Kalau diajak duduk bareng, kita ingin PG memperhatikan lingkungan. CSR jangan tebang pilih. Contoh desa sebelah yang tidak masuk area terdampak justru dapat Rp 3 juta tiap tahun, sementara kami yang dekat pabrik tidak pernah dapat apa-apa,” tegasnya.
DLH turun tangan
Kepala Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Dinas Lingkungan Hidup dan Pangan Kabupaten Magetan, Rahmawati Tri Yustikarini, menyatakan bahwa DLH langsung turun ke lapangan setelah menerima laporan warga.
Tim DLH melakukan pemeriksaan terhadap sistem pembuangan air pendingin mesin PG Poerwodadie.
“Kami tergerak karena ada pengaduan di media sosial. Hasil pemeriksaan menunjukkan pengelolaan limbah, udara, emisi, dan ambien yang dilakukan PG masih sesuai standar,” ujar Rahmawati.
Dinas Lingkungan Hidup dan Pangan Kabupaten Magetan turun ke PG Poerwodadie guna menindaklanjuti keluhan warga soal air buangan yang masih panas. Ternyata dari hasil pemeriksaan, pengolahan air buangan proses PG Poerwodadie masih sesuai ambang baku mutu. Ia menambahkan bahwa hasil uji laboratorium juga menunjukkan kualitas air buangan dari PG masih memenuhi baku mutu.
“Yang penting hasil lab, masih sesuai baku mutu. Secara visual juga kondisi air masih bagus,” ujarnya.
Rahmawati menilai bahwa sebagian laporan warga lebih mengarah pada tuntutan sosial.
Oleh karena itu, pihaknya meminta camat dan kepala desa memfasilitasi mediasi antara warga dan pihak PG.
“Dari rapat, disepakati PG siap mengakomodasi permintaan warga sepanjang sesuai prosedur,” terangnya.
PG Poerwodadie pastikan proses pembuangan sesuai prosedur
Sementara itu, Harno, Manajer Pengolahan PG Poerwodadie, memastikan bahwa proses pembuangan air dari hasil penggilingan tebu dilakukan sesuai prosedur dan diawasi DLH.
Air pendingin mesin terlebih dahulu diturunkan suhunya menggunakan sistem spraypon atau kolam semprot.
“Air panas itu disemprotkan ke udara agar suhunya turun. Dari 44 derajat Celcius bisa menjadi 30 derajat Celcius,” ujar Harno.
Ia menegaskan bahwa air buangan tersebut aman untuk lingkungan dengan suhu stabil di kisaran 30–32 derajat Celcius.
Selama ini, air juga dimanfaatkan warga untuk pengairan sawah.
“Air dari proses pendingin ini tidak hanya aman, tetapi juga bermanfaat untuk irigasi. Pengawasan dari DLH juga rutin dilakukan,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang