“Saya fans berat Marco si burung phoenix. Dia simbol penyembuhan dan harapan. Sama kayak saya, masih pengin bangkit lagi,” katanya sambil tertawa kecil.
Menurut Rizky, membaca komik bukan sekadar hiburan.
“Kadang saya merasa seperti ikut berlayar bersama mereka. Hidup di kapal, berjuang untuk mimpi, saling menjaga. Itu membuat saya sadar, hidup harus punya tujuan dan teman yang bisa dipercaya,” jelasnya.
Kalapas Ari Rahmanto mengaku berupaya mendatangkan komik one piece melalui kerjasama dengan Dinas Kearsipan dan perpustakaan Kabupaten Magetan yang secara rutin merotasi koleksi buku di perpus Lapas Magetan.
Ia menjelaskan tidak ada bacaan yang sia-sia termasuk dalam bentuk komik.
“Entah itu kitab agama atau komik, semuanya bisa jadi sarana pembinaan. Yang penting warga binaan membaca, merenung, dan mendapatkan nilai positif,” tegasnya.
Di balik jeruji lapas Magetan, buku memang lebih dari sekadar lembaran kertas. Ia menjelma menjadi sahabat, guru, bahkan keluarga.
Dari Fatilah Amal hingga One Piece, setiap judul menjadi pintu kecil yang membuka jalan menuju perubahan.
“Buku adalah jendela dunia,” kata dia.
“Dan di Lapas Magetan, jendela itu terus dibuka agar setiap warga binaan bisa melihat masa depan yang lebih terang.” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang