SUMENEP, KOMPAS.com – Musim kemarau basah membuat petani tembakau di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, kesulitan menjaga mutu panen.
Hujan yang kerap turun saat daun tembakau sudah tua merusak kualitas hasil tanam.
“Sangat fenomenal. Karena ketika sudah mau tua kena hujan,” kata H. Mukmin, pemilik PR Bahagia di Kecamatan Ganding, Sumenep, Minggu (14/9/2025).
Mukmin menjelaskan, mutu tembakau sempat membaik, tetapi kembali rusak akibat hujan yang turun di luar perkiraan. Kondisi ini berulang di musim tanam tahun ini.
“Jadi tahap awal itu, mutu kurang baik. Sudah mau membaik, kena hujan lagi tidak seperti tahun-tahun kemarin,” tambahnya.
Menurutnya, tembakau sangat bergantung pada cuaca. Jika musim kering berjalan normal, harga bisa stabil seperti dua tahun terakhir. Namun saat cuaca buruk, mutu langsung jatuh dan harga ikut tertekan.
Baca juga: Petani Tembakau di Ngawi Menjerit, Gagal Panen dan Harga Anjlok
“Tembakau ini, condongnya itu ke cuaca. Jadi kalau cuacanya itu baik, dengan sendirinya harga tembakau di Madura itu stabil harganya seperti 2024, 2023,” jelas dia.
Kemarau basah, lanjut Mukmin, bukan hanya merugikan petani, tetapi juga perusahaan rokok. Daun muda yang dipetik menghasilkan tembakau dengan kualitas rendah.
“Dengan hujan tembakau sudah mau tua, kena hujan, jadi bulunya tembakau itu hilang. Dan tembakau itu kan akarnya serabut jadi muda lagi. Petani kita itu maksa tetap metik, akhirnya apa pahit. Dengan mutu seperti itu ke rokok dan produksi rokok itu sangat mengganggu,” ujarnya.
“Ketika tembakau itu muda yang dipetik, hasilnya itu ya pabrikan itu dirugikan,” kata Mukmin.
Meski demikian, pembelian tetap berlangsung. Target pembelian tahun ini dipatok 700 ton dan sejauh ini sudah terkumpul sekitar 500 ton.
Baca juga: Percikan Api Sambar Kayu dan Terpal, Gudang Tembakau di Wonosobo Terbakar
“Target pembelian tahun ini sebanyak 700 ton. Yang kita dapatkan per hari ini sudah sekitar 500-an ton,” ucapnya.
Mukmin menilai, kemarau basah membuat siklus panen tembakau kacau. Petani tidak bisa menunggu daun tua sempurna karena hujan merusak mutu. Akibatnya, mereka tetap memetik meski kualitas rendah.
Jika pola cuaca seperti ini terus berulang, daya saing tembakau Madura bisa melemah dan merugikan ribuan petani yang menggantungkan hidup pada komoditas ini.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang