Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Pasukan Oranye, Imron Saat Lakukan Pembersihan Usai Demo: Kalau Ada Massa, Kita Mundur

Kompas.com, 3 September 2025, 18:34 WIB
Azwa Safrina,
Bilal Ramadhan

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Di tengah hiruk-pikuk aksi unjuk rasa yang terjadi di Surabaya, terdapat sosok-sosok pahlawan garda terdepan yang selalu memastikan setiap sudut kota tetap bersih.

Setelah kekacauan yang diperbuat atas kemarahan para demonstran, ada pasukan berseragam oranye yang selalu bersiaga menjaga kebersihan dan keindahan kota.

Tak jarang juga dalam mejalankan tugasnya, mereka tetap harus berwaspada menghadapi demonstran yang berlarian mencari tempat berlindung.

Sebagaimana yang diungkapkan salah seorang pasukan oranye, Imron.

Pada saat dirinya setiap kali akan membereskan kekacauan kota setelah demo yang terjadi di Surabaya beberapa hari terakhir.

Baca juga: Pendiri Perpustakaan Medayu Agung Surabaya Oei Hiem Hwie Meninggal di Usia 90 Tahun

Duduk di pinggiran trotoar Jalan Basuki Rahmat, beristirahat setelah menjalankan tugasnya, Imron menceritakan pengalaman yang tidak terlupakannya setelah hampir 9 tahun bekerja sebagai tukang sapu jalanan dalam menghadapi unjuk rasa yang terjadi.

Ia mengatakan bahwa dirinya harus selalu memastikan unjuk rasa benar-benar selesai dan tidak demonstran kembali sebelum memulai pembersihan.

“Kita itu baru bisa melakukan pembersihan mulai Minggu (30/8/2025) kemarin itu baru mulai (pembersihan) pukul 06.00 WIB,” ujar Imron saat ditemui Kompas.com, Senin (2/9/2025).

Bahkan, beberapa kali dia bersmaa pasukan oranye lainnya harus menunda pembersihan karena massa yang kembali bermunculan.

“Jadi kami selalu jaga-jaga dulu di depan air mancur situ, dari pagi sudah ada yang jaga situ. Setiap mau pembersihan selalu ada massa, ya kita mundur, nanti kalua sudah benar-benar kosong baru kita mulai,” jelasnya.

Baca juga: Respon KLB Campak di Sumenep, Pemkot Surabaya Terbitkan SE

Lansia 74 tahun itu menuturkan bahwa pembersihan hanya dilakukan untuk kerusakan yang terjadi di jalan raya, taman, dan trotoar.

Ia mengungkapkan tidak berani melakukan pembersihan di pos-pos polisi yang habis terbakar.

“Kita sesuai arahan atasan aja sih. Karena perintahnya hanya jalan, taman, trotoar, dan fasilitas umum ya kita bersihkannya wilayah itu. Kita gak berani bersihkan seperti pos polisi karena itu juga bukan wilayah kita,” paparnya.

Termasuk juga bekas jarahan Gedung Grahadi yang sempat dibakar massa hingga melenyapkan bangunan sisi barat tempat kantor Wakil Gubernur Jawa Timur.

“Kalau pembersihan Grahadi ini kita angkut kayu, besi, palstik, ban, plastic-plastik sama reruntuhan bekas dibakar kemarin itu,” tuturnya.

Meskipun harus selalu waspada akan terjadi demo susulan, namun Imron mengaku tidak takit sedikit pun dalam menjalankan tugasnya selama masa unjuk rasa yang terjadi beberapa waktu kemarin.

“Enggak sih (kalau takut) karena kita juga biasanya saling koordinasi sama tim yang jaga sebelum melakukan pembersihan. Jadi misal disini kan wilayahnya pos 1, kita tanya ‘sudah aman belum lokasi?’ kalau sudah ya kita berangkat bersihkan,” ucapnya.

Baca juga: Jalan Panjang Restorasi Gedung Grahadi Surabaya, Saksi Perjuangan Bangsa

Menurutnya, dampak kekacauan yang ditimbulkan dari unjuk rasa kali ini menjadi yang terparah selama ia bekerja.

“Tahun ini yang terparah sih, mbak karena baru kali ini selama saya kerja kalau bersihkan demo itu sampai Gedung Grahadi juga dibakar,” tuturnya.

Hal tersebut juga menjadikan Imron bersama tim petugas kebersihan harus bekerja ekstra.

“Biasanya kita itu kan sif sistemnya, tapi kalau situasi kayak gini biasanya gak menentu jamnya, kadang bisa sampai lembur, misal dini hari baru bisa bersihin,” ucapnya.

Lewat senyuman hangat dan peluh keringat yang dibasuhnya, Imron menyebut bagaimana dirinya harus tetap bekerja keras meski di situasi genting sekalipun, demi mangis rezeki untuk keluarganya.

“Ya kalau saya harus tetap kerja kalau gak gitu keluarga saya enggak makan, jadi gimanapun situasinya saya gak bisa takut atau libur dari kerjaan,” sebutnya.

Baca juga: Khofifah Yakin Pembakar Gedung Grahadi Surabaya Bukan Warga Jatim

Ia mengungkapkan bahwa sebenarnya sangat penting bagi masyarakat untuk menyuarakan pendapat dan keluhannya.

Hanya saja sebaiknya tidak menggunakan tindakan anarkis yang merusak fasilitas umum hingga bangunan cagar budaya seperti Gedung Grahadi.

“Sebenarnya boleh sjaa kalau mau mengutarakan keluhan atau pendapat, terutamanya anak muda kan karena masih punya banyak tenaga dan waktu. Tapi, kalau menurut saya ada baiknya tanpa merusak fasilitas umum,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau