LUMAJANG, KOMPAS.com - Petugas dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas mulai melakukan upaya normalisasi aliran Sungai Regoyo, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Normalisasi harus dilakukan karena debit air di Sungai Regoyo sudah menutupi jembatan limpas yang menghubungkan Dusun Sumberlangsep dan Sumberkajar. Akibatnya, 139 kepala keluarga di Dusun Sumberlangsep terisolasi.
Kondisi ini setidaknya sudah dirasakan warga Sumberlangsep dalam lima hari terakhir. Sebab, derasnya banjir lahar hujan Gunung Semeru membawa material vulkanik yang menutupi jembatan limpas.
Akses satu-satunya warga Sumberlangsep untuk beraktivitas di luar dusun tidak bisa dilewati. Ada pun, Sungai Regoyo adalah aliran sungai yang berada di kaki Gunung Semeru, dan menjadi langganan terjangan banjir lahar dingin saat hujan turun.
Satu-satunya jalan yang bisa dilewati oleh warga adalah jembatan limpas yang membentang di atas Sungai Regoyo sepanjang 200 meter, dengan lebar jembatan hanya dua meter.
Jembatan limpas adalah jembatan tanpa pagar yang konstruksinya mirip dengan dam atau bendungan. Letaknya memotong aliran sungai.
Bagian bawah jembatan limpas tersebut diberi rongga untuk jalan air dan material, sedangkan di atasnya difungsikan untuk jalan melintas warga.
Petugas BBWS Brantas, Nur Afandi mengatakan, proses normalisasi sungai dilakukan agar aliran sungai bisa melewati rongga yang ada di bawah jembatan limpas.
Baca juga: Hendak Sekolah, Siswa di Lumajang Terjatuh Saat Digendong Ayahnya Seberangi Aliran Lahar Semeru
Sehingga, badan jembatan bisa dilewati warga untuk beraktivitas sehari-hari. Menurut dia, saat ini ada dua unit eskavator yang diterjunkan ke Sungai Regoyo.
Selain melakukan normalisasi, eskavator ini juga tidak jarang membantu warga yang hendak melintasi sungai, seperti ibu-ibu yang hendak belanja dan anak-anak pulang sekolah.
"Melakukan normalisasi agar air lewat di bawah pelintas jembatan limpas, saat ini ada dua alat berat yang kami turunkan," kata Nur Afandi di Sungai Regoyo, Sabtu (2/8/2025).
Menurut Afandi, normalisasi hanya langkah awal untuk memudahkan mobilitas warga.
Ke depan, kata Afandi, desain jembatan limpas akan disempurnakan agar warga tidak lagi terganggu saat terjadi banjir lahar hujan Gunung Semeru.
"Ini langkah awal, kedepan akan dilakukan penyempurnaan desain pelintas yang ada di Sumberlangsep," sambung dia.
Baca juga: Diterjang Banjir Lahar Gunung Semeru, Puluhan Siswa di Lumajang Sudah 2 Hari Libur Sekolah
Sementara itu, Bupati Lumajang, Indah Amperawati mengatakan, pihaknya sudah melaporkan kondisi warga Sumberlangsep ke Kementerian PUPR. Sebab, jembatan limpas adalah aset pemerintah pusat.
Ia meminta agar normalisasi ini dilakukan karena ancaman banjir lahar bisa terjadi kapan saja.
"Saya sudah lapor ke Pak Menteri PU karena ini asetnya pusat, tidak ada yang bisa dilakukan selain normalisasi karena kondisinya memang sudah tertutup material jembatannya," ujar Indah.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang