Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Siswa yang Daftar, Sekolah Rakyat Batal Digelar di Sumenep Tahun Ini

Kompas.com, 9 Juli 2025, 13:02 WIB
Nur Khalis,
Bilal Ramadhan

Tim Redaksi

SUMENEP, KOMPAS.com - Program Sekolah Rakyat di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, akan sulit digelar pada tahun ajaran baru ini.

Sebab hingga hari ini belum ada satu pun siswa yang bersedia mengikuti sistem pendidikan berasrama atau boarding school yang ditawarkan.

Ketua Koordinator Kabupaten (Korkab) Program Keluarga Harapan (PKH) Sumenep, Hairullah, mengungkapkan, dari 18.370 anak usia sekolah yang telah diverifikasi, belum ada satu pun yang mendaftar, terutama di jenjang sekolag dasar (SD).

Data tersebut dihimpun dari anak-anak yang masuk dalam kategori desil satu dan dua Data Terpadu Kesejahteraan Sosial Ekstrim Nasional (DTSEN).

"Ini yang susah, sampai hari ini progresnya teman-teman tidak, artinya tidak dapat murid. Itu laporan dari teman-teman (Pendamping PKH)," kata korkab yang akrab disapa Ipong di Sumenep, Rabu (9/7/2025).

Baca juga: Sekolah Rakyat Mulai Dibangun di Palangka Raya, Manfaatkan Bekas Bangunan SDN 2 Langkai

"Ada yang sudah sekolah di sekolah terdekat, ada yang belum memutuskan atau masih mempertimbangkan," imbuh dia.

Khusus untuk jenjang Sekolah Dasar (SD), lanjut Ipong, orangtua belum mengizinkan anak-anak mereka mengikuti pendidikan dengan sistem boarding school.

Menurut Hairullah, persiapan program dianggap terlalu singkat.

Pendamping PKH di 27 kecamatan, baik wilayah daratan maupun kepulauan, hanya diberi waktu 5 hari untuk mendata dan memverifikasi calon siswa.

“Kami tidak bisa optimal, waktu sangat terbatas,” tutur Hairullah.

Baca juga: Gubernur Khofifah Sebut Sekolah Rakyat di Lamongan Paling Siap

Hal senada disampaikan oleh Baihaqi, Korkab PKH yang lain.

Dia menjelaskan, awalnya usulan dari daerah adalah memfokuskan tahun ini untuk menyiapkan sarana serta lembaga pendidikannya terlebih dahulu.

Namun karena target kuota Sekolah Rakyat di Jawa Timur harus terpenuhi, Sumenep tetap diminta menggelar pembelajaran tahun ini.

"Kenapa kesulitan mendapatkan calon siswa untuk sekolah rakyat, karena memang tidak sesuai dengan skema awal. Skema awal kan pemkab hanya mengajukan untuk pembangunan dan sarana," ungkapnya.

Baca juga: Seminggu Lagi Diluncurkan, Gedung Sekolah Rakyat di Ponorogo Baru Direnovasi 10 Persen

Selain itu, waktu pelaksanaan juga dinilai tidak tepat karena berdekatan dengan jadwal penerimaan siswa baru di sekolah formal.

“Kemudian timingnya juga tidak tepat, saat ini kan sekolah-sekolah sudah membuka pendaftaran siswa baru, dari bulan Juni kemarin, sehingga mereka yang kita sisir itu susah karena sudah daftar itu," jelas dia.

Termasuk upaya pendekatan ke orang tua pun tidak membuahkan hasil karena mereka enggan menarik anak dari sekolah yang sudah dituju.

“Orang tua siswa yang kita lobi, merasa tidak enak ke kepala sekolah dan lain-lain, sehingga kalau ini dipaksakan akan muncul masalah baru, benturan kepentingan dengan sekolah yang ada,” jelasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau