TULUNGAGUNG, KOMPAS.com - Sebuah video yang menampilkan siswa sekolah dasar (SD) di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, menyawer biduan dalam acara tasyakuran perpisahan viral di media sosial.
Atas kejadian tersebut, pihak sekolah mengaku kecolongan.
Peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu, 14 Juni 2025, saat Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Kenayan Tulungagung menggelar acara tasyakuran perpisahan siswa kelas 6, Kegiatan tersebut diadakan oleh paguyuban wali murid.
Baca juga: Soal Sengketa 13 Pulau, Pemkab Tulungagung Tunggu Keputusan Kemendagri
Menurut keterangan pihak sekolah, acara resmi perpisahan yang diselenggarakan sangat sederhana, hanya berupa kegiatan seperti paduan suara, pelepasan topi, dan pelepasan balon.
"Acaranya sangat sederhana. Kita buka terop, terus pasang banner, hanya itu. Tidak ada tampilan sama sekali, tandanya hanya paduan suara dan tidak masang panggung," kata Kepala SDN 1 Kenayan Tulungagung Admim Kholisina di ruang kerjanya, Jumat (20/6/2025).
Namun, dalam video yang beredar, terlihat siswa menyawer biduan. Kegiatan tersebut berlangsung di dalam kelas SDN 1 Kenayan Tulungagung.
Baca juga: Perahu Pecah Dihantam Ombak, Nelayan Asal Lombok Tewas Tenggelam di Pantai Tulungagung
Sejumlah siswa yang diketahui siswa SDN 1 Kenayan tampak berjoget mengikuti alunan musik sambil memberi lembaran uang kepada biduan yang tengah bernyanyi.
Pihak sekolah menegaskan bahwa kegiatan sawer tersebut merupakan inisiatif dari wali murid, yang tergabung dalam paguyuban kelas 6 SDN 1 Kenayan.
"Untuk yang video viral itu, itu adalah semuanya murni dari wali murid, dari paguyuban kelas 6 SDN 1 Kenayan," terang Kholisina.
Setelah kejadian tersebut viral, pihak sekolah langsung mengambil langkah dengan menghubungi para wali murid yang mengadakan kegiatan tersebut.
Hasilnya, wali murid menyampaikan permohonan maaf secara lisan dan tertulis kepada pihak sekolah.
Dalam surat juga disampaikan bahwa uang sawer tersebut dari para orangtua yang diberikan kepada siswa.
"Kemarin setelah kejadian itu, sudah viral itu, akhirnya wali murid dihubungi, dan akhirnya wali murid sudah minta maaf ke sekolah. Kemarin ke sekolah minta maaf secara lisan dan tertulis," terang Kholisina.
Kejadian ini menjadi evaluasi bagi pihak sekolah. Mereka mengakui kecolongan dan menilai bahwa tindakan sawer tersebut tidak pantas bagi anak-anak.
Pihak sekolah berharap agar kejadian serupa tidak terulang kembali di masa mendatang.
"Ya, ini semuanya apa ya? Kita mengakui kalau kecolongan itu, dan kejadian itu adalah tidak pantas untuk anak-anak, ke depannya semoga tidak ada kejadian yang begini lagi, dan harus tidak ada," terang Kholisina.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang